Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sosok Anggota Ultras Tertua di Italia Berusia 90 Tahun

By Ferril Dennys Sitorus - Jumat, 11 Maret 2016 | 07:35 WIB
Nonno Ciccio disebut sebagai anggota ultras tertua di Italia. Meski saat ini berusia 90 tahun, dia masih datang ke stadion untuk mendukung Foggia.
Dok. Telegraph
Nonno Ciccio disebut sebagai anggota ultras tertua di Italia. Meski saat ini berusia 90 tahun, dia masih datang ke stadion untuk mendukung Foggia.

Bila sudah kadung cinta, suporter rela mengorbankan apapun demi klub pujaannya. Nonno Ciccio telah menunjukkannya bahwa kecintaannya kepada Foggia tidak luntur meskipun dirinya sudah berusia 90 tahun.

Meski usianya telah senja, Ciccio masih mengikuti Foggia, di mana pun klub asal Italia tersebut bermain. Kecintaan sang kakek pada Foggia bermula saat dia menyaksikan pertandingan perdana pada 1947.

Saat itu, Ciccio dipengaruhi rekannya untuk mencuri sepeda pamannya dan menggowes sepeda tersebut sepanjang 54 kilometer menuju kota untuk menyaksikan Foggia bertanding. Sejak saat itu, dia terpaku dengan Foggia.

Ciccio merupakan ultra atau suporter garis keras yang membenci kekerasan. Hal tersebut tidak terlepas dari pengalaman dia pada masa perang. Selama perang dunia kedua, Ciccio bergabung dengan organisasi militer atau Italian Blackshirts dan dia dikirim untuk bertempur di Afrika Utara.

Setelah sebulan melakoni pertempuran berat, dia ditangkap oleh militer Inggris. Dia kemudian dikirim ke Skotlandia sebagai tawanan perang. "Mereka memperlakukan saya di sana lebih baik daripada pemerintah Italia yang tak memberikan uang pensiun sampai hari ini," katanya.

Pertandingan pertama yang disaksikannya setelah konflik adalah partai melawan Pescara. Namun, perang mengajarkannya sesuatu. "Perang mengajarkan saya untuk memiliki dan menghormati kehiduapan," tuturnya.

Petualangan bersama Foggia telah membawa dia ke mana pun dan dia anggap sebagai ultra atau seorang suporter garis keras. "Saya bersedia melakukan apapun untuk tim saya. Apapun yang dibutuhkan, saya tidak pernah menyerah dan selalu menemukan cara untuk menghibur tim," jelasnya.

Dia telah berkunjung ke hampir semua stadion besar di Italia, tempat bersejarah, dan perkotaan. "Sepak bola adalah cara saya melihat negara saya. Jika bukan karena semangat ini, saya tidak akan pernah memiliki pengalaman mengunjungi sejumlah tempat yang luar biasa," ujarnya.

Berhati mulia


Editor : Estu Santoso
Sumber : Telegraph


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X