Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mario Goetze, Hugh Glass, dan The Revenant

By Lariza Oky Adisty - Sabtu, 5 Maret 2016 | 09:02 WIB
Gelandang Bayern Muenchen, Mario Goetze, dalam sesi latihan sebelum melawan Juventus di leg 1 babak 16 Besar Liga Champions,  Senin (22/2/2016).
CHRISTOF STACHE AFP
Gelandang Bayern Muenchen, Mario Goetze, dalam sesi latihan sebelum melawan Juventus di leg 1 babak 16 Besar Liga Champions, Senin (22/2/2016).

Kalau melihat ke kamus bahasa Inggris, kata revenant diartikan sebagai orang yang kembali dari kematian. Kata ini kemudian menjadi judul novel Michael Punke yang bercerita tentang Hugh Glass, pemburu legendaris abad 19 yang bertahan hidup dari serangan beruang.

Pada pertandingan melawan Borussia Dortmund di Stadion Signal Iduna Park, Sabtu (5/3/2016), Mario Goetze punya kesempatan menapaki jejak Glass.

Bukan sebagai pemburu dan pengumpul bulu hewan, melainkan sebagai orang yang sintas dari kesulitan yang mendera.

Pada tahun 2013, Goetze tiba di Bayern Muenchen diiringi kekecewaan dan sumpah serapah pendukung Borussia Dortmund. Ia dianggap berkhianat, karena memilih hengkang setelah Bayern menawarkan uang sebesar 37 juta euro (sekitar Rp 529 miliar).

Akan tetapi, setelah tiga tahun berlalu, cemoohan suporter Die Borussen bahkan bukan lagi hal terpenting yang harus ia pikirkan.

Yang wajib ia taklukkan bukan lagi sikap suporter Dortmund yang dulu pernah mengelu-elukan namanya. Justru kepada Bayern Muenchen (yang maskot klubnya, kebetulan sekali, adalah seekor beruang), Goetze harus membuktikan kelayakannya.

Banyak pihak menilai, Goetze belum menunjukkan kemampuan terbaiknya bersama Die Roten. Kebiasaan Pep Guardiola, pelatih Bayern, membuat eksperimen dalam susunan pemain membuat Goetze kesulitan menyesuaikan diri.

Ketika Guardiola menempatkan Goetze sebagai false nine, misalnya, membuahkan kritik dari Presiden Kehormatan Bayern, Franz Beckenbauer. Guardiola dianggap belum menemukan posisi terbaik untuk pemain kelahiran Memmingen, 3 Juni 1992 tersebut.

"Tidak masuk akal menempatkan Goetze sebagai penyerang. Ia tidak bisa lolos dari jeratan tiga bek bertubuh besar," kata sosok berjuluk Der Kaizer tersebut. Di mata Beckenbauer, Bayern menyia-nyiakan potensi Goetze.


Mario Goetze saat membela Bayern Muenchen menghadapi Inter Milan dalam laga pra-musim bertajuk Audi Football Summit 2015 di Shanghai Stadium, Shanghai, China, pada 21 Juli 2015.(LINTAO ZHANG/GETTY IMAGES)

Bukan hanya Beckenbauer yang berpendapat demikian. Juergen Kohler, mantan pemain nasional Jerman menganggap Goetze kehilangan kegembiraan bermain sepak bola di Bayern. "Mungkin tekanan di Bayern memengaruhinya," tulis Kohler dalam kolomnya di majalah Kicker, Maret 2015 silam.

Selain kesulitan menemukan sentuhan magisnya di lapangan, Goetze juga kerap terhadang cedera. Musim ini, misalnya, Goetze harus menepi sejak Oktober 2015 karena cedera harmstring.

Ketika mulai pulih, ia harus menerima keputusan Guardiola yang lebih memercayai pemain seperti Thomas Mueller, Arjen Robben, Douglas Costa, hingga Kingsley Coman.

Alhasil, dalam tiga pertandingan terakhir, Goetze hanya menjadi penonton.

"Goetze masih punya waktu tiga bulan untuk bisa kembali. Kami butuh semua pemain kembali fit," kata Guardiola menjawab pertanyaan tentang Goetze.

Meski demikian, situasi yang dialami Goetze tak pelak menimbulkan bisik-bisik tentang kelangsungan kariernya bersama Bayern Muenchen. Mulai timbul selentingan, ia akan angkat kaki dari Allianz Arena.

Bahkan, Goetze sendiri yang memberi isyarat tersebut. "Saya terbuka akan segala kemungkinan. Semua tergantung rencana yang dibuat klub, dan pelatih," kata Goetze.

Dengan Pep Guardiola akan hengkang ke Manchester City, dan akan diganti Carlo Ancelotti, bukan tidak mungkin Goetze akan kembali "hidup".

Meski demikian, kunci utama kelangsungan kariernya bersama Bayern tetap ada di tangan Goetze sendiri. Sama seperti Glass, yang harus memperjuangkan nasibnya di tengah badai salju di alam liar Louisiana.

Sebelum musim 2015-2016 berakhir, Goetze harus mengerahkan kemampuan terbaiknya dan membuktikan, Bayern tidak salah mengeluarkan uang jutaan euro demi menebus bakatnya.

Hugh Glass menjalani perjalanan jauh dan sulit untuk pulang dengan selamat. Dengan tekad yang sama dengan Glass, Goetze bisa bertahan dari kesulitan bersama Bayern, dan mulai menyelamatkan kariernya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Aloysius Gonsaga
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X