Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Final Piala Liga, Warna Nostalgia Mantan dan Reuni Keluarga

By Lariza Oky Adisty - Minggu, 28 Februari 2016 | 09:06 WIB
Gelandang Manchester City, Yaya Toure, merayakan golnya ke gawang Dynamo Kyiv bersama Raheem Sterling, 24 Februari 2016.
MICHAEL STEELE/GETTY IMAGES
Gelandang Manchester City, Yaya Toure, merayakan golnya ke gawang Dynamo Kyiv bersama Raheem Sterling, 24 Februari 2016.

 Nuansa reuni mengiringi pertemuan Liverpool dan Manchester City pada final Piala Liga Inggris di Stadion Wembley, London, Minggu (28/2/2016).

Dua pemain yang akan menghadapi pertemuan kembali dengan klub lama adalah gelandang Liverpool, James Milner, dan bomber Manchester City, Raheem Sterling. Keduanya ‘bertukar klub’ pada awal musim 2015-2016.

Milner meninggalkan Manchester CIty untuk bergabung ke Liverpool setelah membela The Citizens selama lima musim.

Sedangkan Sterling hengkang dari Liverpool menuju Manchester City setelah menampik tawaran kontrak baru di Anfield.

Selain reuni mantan klub, laga ini akan mempertemukan kakak-beradik Kolo dan Yaya Toure. Kolo (34) membela Liverpool sejak tahun 2013, sementara Yaya (32), sang adik, memperkuat Manchester City sejak tahun 2010.

Keempat pemain ini punya cerita masing-masing yang akan menghias partai final Piala Liga.

James Milner

James Milner pergi dari Stadion Etihad, kandang Manchester City, menuju Stadion Anfield, kandang Liverpool, dengan status bebas transfer. Kontraknya bersama Manchester City tak diperpanjang.

Selama memperkuat City, mantan pemain Leeds United dan Aston Villa ini mencatat 203 penampilan dan 18 gol di semua ajang.

Ia juga merasakan gelar Premier League musim 2011-2012 dan 2013-2014, Piala FA musim 2010-2011, Piala Liga Inggris musim 2014-2015 dan Piala Community Shields tahun 2012.

“Saya beruntung karena memenangi banyak gelar di City, padahal sebelumnya mereka bertahun-tahun tak memiliki gelar,” kata Milner, seperti dilansir Sky Sports.


Gelandang Liverpool, James Milner (kiri), mengejar bola saat tampil pada laga Premier League kontra Manchester City di Stadion Etihad, Sabtu (21/11/2015).(Andrew Powell/Liverpool FC)

“Saya pindah ke sana karena ingin membantu mereka memenangi trofi, dan ternyata berhasil,” ucapnya.

Meski mensyukuri perjalanan kariernya bersama The Sky Blues, awal musim ini Milner tak bisa mengabaikan perasaan bahwa ia harus segera mencari klub baru.

Pembelian pemain usia belia Sterling (21) dan de Bruyne (24), serta biaya 110 juta poundsterling (sekitar 2 triliun rupiah) yang digelontorkan City untuk membeli mereka seolah memberi sinyal bahwa waktu Milner bersama Manchester City akan segera usai.

“Rasanya saya tidak mungkin menggeser pemain mahal dari posisi tim inti,” kata Milner.

Padahal, ia masih ingin bermain sesering mungkin, dan tentunya memenangkan lebih banyak trofi.

Kesempatan itu yang ia ingin coba raih di Liverpool, termasuk saat ia berhadapan kembali dengan mantan klubnya di final Piala Liga.

“Liverpool adalah klub dengan sejarah panjang. Saya ingin mempersembahkan trofi untuk klub ini, dan saya yakin bisa melakukannya,” ucap Milner.

Raheem Sterling

Jika perpisahan Milner dan City bisa dikatakan mulus tanpa drama, lain halnya dengan kisah Sterling dan Liverpool.

Ia menyeberang dari Liverpool ke Manchester City dengan nilai transfer 44 juta pounds atau setara Rp 818 miliar. Namun demikian, kepergian Sterling tak lepas dari kontroversi.

Pasalnya, Liverpool sudah dua kali menolak tawaran City terhadap Sterling, dan mengajukan perpanjangan kontrak untuk pemain nasional Inggris tersebut.

Tawaran perpanjangan kontrak tersebut ditolak Sterling dan agennya, meskipun manajemen The Reds sudah mengajukan gaji 100 ribu pounds (Rp 1,8 miliar) per pekan.

“Sterling tidak akan menandatangani kontrak baru, bahkan meski ia digaji 700, 800 atau 900 pound sekalipun,” kata Aidy Ward, agen Sterling, kepada Evening Standard pada Mei 2015.


Raheem Sterling (kiri) berebut bola dengan Gokhan Inler dalam lanjutan Premier League 2015-2016 antara Leicester City menghadapi Manchester City di King Power Stadium, Leicester, Inggris, pada Selasa (29/12/2015).(LAURENCE GRIFFITHS/GETTY IMAGES)

Puncaknya, Sterling tidak ikut serta dalam tur Liverpool ke Asia pada musim panas 2015. Sikap Sterling ini tak pelak membuat berang banyak pihak, termasuk pemain legendaris Liverpool, Steven Gerrard.

“Saya kecewa dengan sikapnya. Seorang pemain tidak bisa begitu saja mengaku sakit, atau menolak tur dengan klub. Jutaan penggemar Liverpool ingin melihat Sterling dengan seragam klub dari jarak dekat,” kata eks kapten klub Merseyside itu.

Karena perpisahan yang tidak baik-baik itu, media Inggris mensinyalir Sterling akan mendapat cemoohan dari suporter sang mantan dalam laga di Wembley nanti.

Namun begitu, pelatih Manchester City mengingatkan Sterling untuk tak terlalu mempersoalkan sambutan The Kopites.

“Berhadapan dengan klub lama memang tak nyaman, tapi Sterling pemain profesional. Dia bergabung untuk memenangkan gelar, dan saya yakin ia akan bermain bagus,” kata Pellegrini.

“Sterling tak perlu membuktikan apa-apa. Ia hanya harus fokus, dan tak usah memikirkan cemoohan penonton, ataupun hal yang sudah berlalu. Dia pemain Manchester City, dan ia akan berusaha memberi kemenangan untuk kami,” ucapnya.

Kolo dan Yaya Toure

Lahir dan besar di Bouake, kota terbesar kedua di Pantai Gading, Kolo (34) dan Yaya (32) sama-sama mengecap pendidikan sepak bola di klub ASEC Mimosas. Toure bersaudara kemudian meniti jalan karier masing-masing di pentas sepak bola.

Hanya satu kali perjalanan karier mereka bertemu di titik yang sama; ketika mereka berdua berseragam Manchester City sejak tahun 2010 hingga 2013, ketika Kolo hengkang ke Liverpool.

Meski berstatus kakak-adik, hubungan tersebut harus lepas untuk sementara tatkala bersua di lapangan hijau sebagai lawan. Setiap pertemuan Manchester City dan Liverpool, baik Yaya dan Kolo tak ragu untuk tampil ngotot demi kemenangan tim.


Toure bersaudara, yakni Kolo Toure (kanan) dan Yaya Toure, akan saling berhadapan pada partai final Piala Liga Inggris di Stadion Wembley, Minggu (28/2/2016).(OLI SCARFF/AFP)

Final Piala Liga pun bukan pengecualian.

“Saya tidak akan beramah-tamah dengan Yaya jelang pertandingan. Tidak ada telepon, SMS, tidak ada perasaan yang terlibat,” kata Kolo, seperti dikutip dari Liverpool Echo.

“Kami akan berperang. Kami sama-sama ingin menang, dan baru akan berbincang setelah pertandingan selesai,” ucap mantan bek Arsenal ini.  

Kolo tak menampik pertemuan antara dirinya dan sang adik kerap ‘memecah’ keluarga besar mereka. Sebagian mendukung dirinya bersama The Reds, sebagian lagi berharap kemenangan berpihak pada Yaya dan The Sky Blues.  

Pada akhirnya, lapangan hijau akan jadi muara semua cerita, baik reuni eks pemain, maupun persaingan prestasi antara kakak dan adik. Pertandingan final Piala Liga di Stadion Wembley yang akan memberi jawaban.  

[video]http://video.kompas.com/e/4755526145001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Dari Berbagai Sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X