Saat berusia 8 tahun, Rio diajak oleh orangtuanya menonton langsung lomba balap F1 ke sirkuit. Dari sinilah, tekad Rio untuk berlaga di F1 berkembang.
"Kami ingin menunjukkan serunya balapan F1 sambil menyaksikan aksi Schumacher. Saat itu, Rio sempat berfoto bersama Schumacher," kata ibunda Rio.
"Setelah itu. dia tiba-tiba saja mengatakan ingin tampil di F1 suatu saat nanti. Sebagai orangtua, saya amini saja. Terkadang cita-cita anak bisa tercapai jika orangtua mengamini," tutur Indah.
“Ketika seseorang punya keinginan kuat untuk menggapai sesuatu, maka seluruh alam semesta akan berkonspirasi untuk mewujudkannya.” - Raja Tua (Sang Alkemis, Paulo Coelho)
Ucapan Raja Tua dari novel "Sang Alkemis" karya Paulo Coelho seperti tertera pada pembuka artikel itu tampaknya terbukti pada kiprah Rio. Lima belas tahun setelah bertemu Schumacher, Rio mulai menapaktilasi jejak idolanya sekaligus mewujudkan impian sang ayah.
Tahajud
"Saya lega... Akhirnya saya bisa tampil di Formula 1 dengan membawa bendera Merah Putih. Tanpa dukungan semua pihak, saya tak bisa sampai di sini," ucap Rio seusai diumumkan menjadi pebalap tim Manor Racing.
Tidak ada nada kesombongan dalam ucapan Rio itu. Sikap rendah hati itu memang tidak dibuat-buat. Untuk seorang pebalap, Duta Komodo ini dikenal santun dan tak pernah mengumbar kesombongan, termasuk saat naik ke podium dan meraih kemenangan.
Kerendahan hati ini tak lepas dari didikan kedua orangtuanya. Sejak kecil, Rio ditanamkan sikap untuk selalu berbagi. Sebuah panti asuhan warisan kakeknya di Solo menjadi bukti kepedulian sosial pebalap kelahiran 22 Januari 1993 itu.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | vik.kompas.com |
Komentar