Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Rio Haryanto, Berawal dari Mimpi dan Kerendahan Hati

By Jalu Wisnu Wirajati - Sabtu, 27 Februari 2016 | 15:13 WIB
Pebalap Indonesia, Rio Haryanto setelah resmi bergabung dengan tim Manor Racing
MANOR RACING
Pebalap Indonesia, Rio Haryanto setelah resmi bergabung dengan tim Manor Racing

Kamis, 18 Februari 2016, dunia balap internasional guncang. Seorang pebalap asal Indonesia berhasil menembus daftar line-up lomba balap mobil paling bergengsi di dunia, Formula 1. Sosok itu adalah Rio Haryanto. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang berlomba di adu pacu jet darat tersebut.

Keberhasilan menembus line-up F1 merupakan buah perjuangan panjang Rio selama 17 tahun. Dia mulai mengenal dunia balap dari ayahnya, Sinyo Haryanto, yang memang juga seorang pebalap. Dia merupakan juara nasional gokart pada 1981 dan 1991.

"Sungguh, saya ingin melihat dia menjadi pebalap besar kelak, bahkan kalau bisa masuk F1," ucap Sinyo seperti dilansir dari Majalah Bobo, 16 Juli 2000.

Sinyo lantas menularkan kecintaan terhadap dunia balap kepada anak-anaknya. Sebagai bungsu dari 4 bersaudara, Rio mengikuti jejak dua kakaknya, Roy dan Ryan Haryanto. Cuma Ricky yang tak meneruskan jejak sang ayah di lintasan balap.

"Peran kedua orangtua saya sangat besar. Mereka selalu memberikan dukungan, di dalam maupun di luar trek," ucap Rio.

Pada usia 6 tahun, Rio sudah mulai ikut lomba karting. Pada 2000, saat berusia 7 tahun, dia ikut dalam kejurnas kelas kadet 60 cc di Sentul yang diperuntukkan bagi pebalap berusia 8-12 tahun. Dua tahun berselang, dia pun mencicipi gelar juara nasional kelas kadet.

Terjun di dunia adu kecepatan, Rio sudah sadar dengan risiko yang dihadapi. Bahkan, pada usia yang masih sangat belia, sosok yang pernah dipanggil gembuk karena gemuk itu sudah pernah merasakan patah tangan.

"Kejadiannya saat saya berlatih di Bandara Adi Sumarno. Tiba-tiba, ada motor (balapan liar) yang nyelonong dan benturan tak terhindarkan. Saya mengalami patah tulang di lengan," kata Rio saat itu.

Tekad kuat untuk menjadi pebalap profesional membuat penggemar Michael Schumacher ini tak lemah ketika tertimpa musibah. Tak ingin mengecewakan sang ayah, dia hanya berpikir untuk memacu sekencang-kencangnya gokart yang dikendarai.

"Melihat talenta dan keinginan kuat itu, kami sebagai orangtua terus mendukung dia sejak kecil hingga tercapai cita-citanya," kata ibunda Rio, Indah Pennywati.

Saat berusia 8 tahun, Rio diajak oleh orangtuanya menonton langsung lomba balap F1 ke sirkuit. Dari sinilah, tekad Rio untuk berlaga di F1 berkembang.

"Kami ingin menunjukkan serunya balapan F1 sambil menyaksikan aksi Schumacher. Saat itu, Rio sempat berfoto bersama Schumacher," kata ibunda Rio.

"Setelah itu. dia tiba-tiba saja mengatakan ingin tampil di F1 suatu saat nanti. Sebagai orangtua, saya amini saja. Terkadang cita-cita anak bisa tercapai jika orangtua mengamini," tutur Indah.

“Ketika seseorang punya keinginan kuat untuk menggapai sesuatu, maka seluruh alam semesta akan berkonspirasi  untuk mewujudkannya.  - Raja Tua (Sang Alkemis, Paulo Coelho)

Ucapan Raja Tua dari novel "Sang Alkemis" karya Paulo Coelho seperti tertera pada pembuka artikel itu tampaknya terbukti  pada kiprah Rio. Lima belas tahun setelah bertemu Schumacher, Rio mulai menapaktilasi jejak idolanya sekaligus mewujudkan impian sang ayah.

Tahajud

"Saya lega... Akhirnya saya bisa tampil di Formula 1 dengan membawa bendera Merah Putih. Tanpa dukungan semua pihak, saya tak bisa sampai di sini," ucap Rio seusai diumumkan menjadi pebalap tim Manor Racing.

Tidak ada nada kesombongan dalam ucapan Rio itu. Sikap rendah hati itu memang tidak dibuat-buat. Untuk seorang pebalap, Duta Komodo ini dikenal santun dan tak pernah mengumbar kesombongan, termasuk saat naik ke podium dan meraih kemenangan.


Pebalap Indonesia, Rio Haryanto, memegang bendera Merah Putih di acara pengumuman dirinya ke Formula 1, Kamis (18/2/2016).(HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET)

Kerendahan hati ini tak lepas dari didikan kedua orangtuanya. Sejak kecil, Rio ditanamkan sikap untuk selalu berbagi. Sebuah panti asuhan warisan kakeknya di Solo menjadi bukti kepedulian sosial pebalap kelahiran 22 Januari 1993 itu.

Rio ini selalu menyempatkan diri menghibur para penghuni panti asuhan. Penggemar pecel ini membagikan kisah dan pengalamannya, seperti seorang kakak bercerita kepada adik-adiknya.  

Sikap rendah hati atau tawadhu itu pun tak lepas dari pendidikan agama yang diberikan oleh orangtuanya. Saat deg-degan menunggu pengumuman siapa pebalap kedua Manor, Rio lebih memilih berserah kepada-Nya.

"Saya (per)banyak tahajud," kata Rio saat ditanya apa yang dilakukannya sambil menunggu pengumuman resmi Manor.

Sisi religius dia juga bisa terlihat dari kokpit mobil balap yang dikemudikannya. Sejak masih menjadi pebalap di Formula Asia 2.0 pada 2008, Rio selalu menempatkan tulisan ayat kursi di ruang kemudinya. Menurut dia, hal itu bisa menghadirkan ketenangan saat berlomba.

"Rencananya, dia juga akan melakukan hal serupa di Manor. Namun, harus mendapatkan izin terlebih dahulu," ucap Indah Pennywati.

"Sisi rohani Rio cukup kuat dan siap. Salatnya masih rutin. Dia juga rajin tahajud," ujar sang ibunda.

Kerendahan hati itu pun ditunjukkan Rio saat menghadapi kritik yang menerpanya sejak berencana memulai karier di F1. Menghadapi kritik terkait kemungkinan penggunaan uang negara dalam membiayai balapannya, Rio tak mau melawannya dengan kata-kata.

Dia hanya berjanji agar bisa membalasnya dengan prestasi demi mengibarkan Sang Merah Putih.

"Sekarang, giliran saya berjuang untuk memberikan prestasi lebih kepada Indonesia," kata pebalap dengan nomor mobil 88 ini.

Berada di balik kemudi F1 barulah puncak pertama dari karier seorang pebalap. Puncak kedua tentu saja menjadi juara dunia, seperti halnya Schumacher, di ajang tersebut.

Jalan Rio masih panjang...

BIODATA

Nama: Rio Haryanto

TTL: Solo, 22 Januari 1993

Pendidikan: Business Management at FTMS Global Singapore University

Anak ke-4 dari 4 bersaudara

Catatan prestasi:  Juara Nasional Gokart kelas kadet (2002), Juara Nasional Gokart (2008), Peringkat ke-3 Formula Asia 2.0 (2008), Juara Formula BMW Pacific (2009), Peringkat ke-5 GP3 (2010), Peringkat ke-7 GP3 (2011), Peringkat ke-14 GP2 (2012), Peringkat ke-19 GP2 (2013), Peringkat ke-15 GP2 (2014), Peringkat ke-4 GP2 (2015)

Moto hidup: "Tetap fokus dan pantang menyerah demi menggapai sukses."

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Pipit Puspita Rini
Sumber : vik.kompas.com


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X