Ini Bukti Keseriusan PSG Rangkul Fans Indonesia

Klub kaya Prancis, Paris Saint-Germain, beberapa kali menekankan kepada JUARA.net pentingnya Indonesia bagi klub tersebut. Mereka telah dan akan melakukan berbagai program untuk mendekatkan diri dengan fans PSG di Indonesia.

JUARA.net berkesempatan menemui sejumlah petinggi PSG saat mengikuti Asia Media Tour yang digagas klub tersebut pada 12-16 Februari di Kota Paris, Prancis.

Sejak saham klub sepenuhnya dimiliki Qatar Sports Investments (QSI), Les Parisiens bertekad tak ingin sekadar sukses secara prestasi tim, tetapi juga dikenal luas ke penjuru dunia, terutama Asia.

Menurut Deputy Managing Director, Business Operations PSG, Frederic Longuepee, sukses di pasar diperlukan guna memikat para sponsor untuk berinvestasi di klub.

Dana tersebut akan dipakai untuk mendatangkan pemain top agar PSG bisa memenangi banyak trofi. Hal itu jelas memperlihatkan bahwa prestasi tim dan marketing klub saling terikat.

Dijumpai di mixed zone Stadion Parc des Princes usai laga imbang 0-0 kontra Lille (13/2/16), Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi, menegaskan Indonesia penting bagi PSG secara pasar karena negeri ini memiliki fans sepak bola begitu fanatik, terutama pada klub-klub Eropa.

Longuepee, yang ditemui JUARA.net di kantor pusat PSG di Boulogne-Billancourt pada Selasa (16/2/16), memaparkan sejumlah program yang telah dilakukan guna mendekatkan diri ke pasar Indonesia.

"Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang mana PSG menjalin kerja sama dengan produk lokal, yakni Super 02. Kami mengadakan nonton bersama laga Liga Champions melawan Chelsea di Jakarta (16/2)," ucap Longuepee.

"Selain itu, kami meluncurkan situs resmi PSG dalam bahasa Indonesia, akun Facebook yang kini telah memiliki 3 juta fans. Total, fans PSG di Indonesia merupakan yang terbanyak kedua setelah Brasil," ujar Longuepee menjelaskan.

PSG juga telah meluncurkan akun Twitter resmi berbahasa Indonesia sejak 2013.

Longuepee menjelaskan PSG memang belum berencana datang ke Indonesia untuk tur pramusim.

"Kami perlu mempertimbangkan beberapa hal. Jika kami merasa negara itu belum siap menerima PSG atau popularitas kami masih jauh tertinggal dari klub-klub top Eropa lain, kami belum bisa menerapkan program-program seperti tur di negara itu," kata Longuepee.