Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ketika Kode Pertahanan Tottenham Dipecahkan

By Jumat, 19 Februari 2016 | 10:50 WIB
Pemain belakang Tottenham Hotspur, Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld, melakukan pemanasan menjelang laga Premier League melawan West Ham di stadion White Hart Lane, London, 22 November 2015.
BEN STANSALL/AFP
Pemain belakang Tottenham Hotspur, Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld, melakukan pemanasan menjelang laga Premier League melawan West Ham di stadion White Hart Lane, London, 22 November 2015.

Ada sebuah rekaman yang selalu diputar di layar besar White Hart Lane sebelum partai dimulai, sebuah rekaman berisi potongan-potongan pertandingan masa lalu Tottenham Hotspur.

Penulis: Dian Savitri

Rekaman itu disertai latar belakang suara yang berbunyi: “We are about the glory of the game, we are about playing with style. The curve of the ball, the billow of the net, the beating of the trap, and the picking of the lock. We are Ginola, Greaves, Klinsmann. We are the collective gasp, the intake of breath, the flick, the trick, the 30-yard free-kick...

Yang jarang terdengar dari kata-kata pembangkit semangat itu adalah soal pertahanan. Tottenham tidak dikenal sebagai klub yang memiliki pertahanan ketat.

Bahkan, ketika mereka meraih gelar ganda pada 1961, Spurs kebobolan delapan gol lebih banyak dibanding runner-up liga, Sheffield Wednesday.

Namun, semuanya berubah musim ini. Dalam 26 pertandingan di Premier League, Spurs baru kebobolan 20 gol. Jumlah itu adalah yang paling sedikit di antara anggota Premier League lainnya.

Liga memang belum berakhir, namun bisa dikatakan itu adalah rekor terbaik yang pernah dilakukan Spurs sejak 1902!

Pada musim 1901/02, Spurs bahkan belum masuk ke liga. Itu adalah era di mana kiper masih diperbolehkan untuk menyentuh bola di luar area kotak penalti. Jadi, rekor ini adalah catatan yang lama sekali bertahan dan baru dipecahkan pada abad ke-21.

Bagaimana Mauricio Pochettino bisa mengubah paham bahwa bertahan sama pentingnya seperti menyerang? Yang pertama, tentu saja adalah memiliki pemain-pemain bertahan yang ahli untuk tugas itu.


Kiper Tottenham Hotspur, Hugo Lloris, dinilai sejajar dengan Petr Cech dan Joe Hart.(IAN KINGTON/AFP)

“Hugo Lloris bukan hanya salah satu kiper terbaik di dunia, namun ia juga punya karakter bagus. Selain itu, direkrutnya Toby Alderweireld adalah tonggak penting,” kata Gary Mabbutt, satu dari sejumput eks bek Spurs yang namanya kadang disebut pada rekaman pertandingan.

Delapan pemain bertahan yang dimiliki Spurs musim ini didatangkan dari musim berbeda, di bawah manajer yang berbeda pula. Danny Rose dibeli oleh Martin Jol pada 2007.

Kyle Walker hadir di bawah Harry Redknapp. Lloris dan Jan Vertonghen mengikuti Andre Villas-Boas pada 2012.

Ben Davies adalah rekrutan pertama Pochettino pada 2014. Kieran Trippier, Alderweireld, dan Kevin Wimmer datang pada musim panas 2015.

Mudah Kompak

Meski Pochettino tidak ragu untuk merotasi full back, duet bek tengah sedikit banyak tidak tersentuh. Mungkin hal itu yang menjadi pembeda paling nyata antara musim ini dari musim sebelumnya.

Sudah banyak bek bagus yang meninggalkan Spurs: dari Ledley King, Jonathan Woodgate, sampai Michael Dawson.

Cedera juga membuat Spurs tidak bisa bertahan pada pasangan tetap. Titik nadir terjadi pada 2010/11, di mana ada enam duet yang dipakai dalam tujuh pertandingan pertama di liga.

Vertonghen dan Alderweireld menjadi tandem dalam 23 pertandingan pertama musim ini. Ini adalah pertama kalinya dalam sembilan musim Spurs memakai pasangan yang sama dalam lebih dari setengah musim di Premier League.


Pemain belakang Tottehnham Hotspur, Toby Alderweireld, merayakan kemenangan timnya atas Crystal Palace dalam partai lanjutan Premier League di stadion Selhurst Park, London, 23 Januari 2016.(IAN WALTON/GETTY IMAGES)

Walau Vertonghen belum kembali dari cedera lutut yang dideritanya, pasangan asal Belgia itu adalah duet paling tepercaya sejak Ledley King dan Nourredine Naybet pada 2004/05.

Wimmer diperkenalkan pada awal bulan ini dan ia menjadi bek tengah ketiga di Spurs yang dipakai secara permanen musim ini. Eric Dier juga pernah menjadi anggota back three di Watford.

Eks bek Manchester United, Danny Higginbotham, menulis tentang para bek Spurs itu di kolomnya di harian Independent.

Ia menyebut bahwa Alderweireld dan Vertonghen sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk bisa kompak karena mereka melakukannya juga di tim nasional Belgia.

Berarti, dibanding bek tengah lainnya, mereka sudah siap untuk bermain melebar guna memadamkan ancaman serangan atau para pelari cepat klub lawan.

[video]http://video.kompas.com/e/4755497620001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.654


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X