Adalah Irwan Salam dan sang istri, Yulia Nuryati Hasanah, yang mengawali dibentuknya Salfas Soccer.
Penulis: Ferry Tri Adi
Awalnya, hati Irwan terketuk ketika melihat anak-anak di sekitar Lapangan Palapa Perum II, Kota Tangerang, bermain sepak bola tanpa bimbingan pelatih. Jangankan seragam, sarana latihan pun seadanya.
Irwan, yang sudah mempunyai lisensi D Nasional pada 1999 ketika masih aktif menjadi pemain, pun berinisiatif mengumpulkan anak-anak tersebut. Ia kemudian mengajari anak-anak itu teknik dasar sepak bola. Sang istri, Yulia, membantunya dari sisi organisasi, seperti mulai membuat daftar presensi hingga soal keuangan, yang diambil dari uang belanja hariannya.
“Sebelum bekerja ke Jepang, saya sudah punya lisensi D Nasional. Sepulang dari Jepang, saya sering joging di Lapangan Palapa. Banyak anak-anak berlatih seadanya. Mereka tak punya biaya jika harus membayar latihan. Dari situ Salfas Soccer bercerita,” tutur Irwan ketika dihubungi BOLA, Selasa (16/2/2016).
Pada 4 April 2007, Salfas Soccer berdiri. Salfas sendiri berasal dari penggalan suku kata awal nama tiga anak Irwan dan Yulia, yaitu Salsa, Fauzan, dan Salma.
Saking bersemangat melihat antusiasme siswanya, Irwan dan Yulia kemudian membelikan seragam ke Tanah Abang dari kocek pribadinya. Atas kecintaan dan kepedulian tanpa pamrih itu, berkahnya terlihat dari jumlah siswa Salfas, yang kian hari kian bertambah.
“Anak-anak yang saya temui di Lapangan Palapa itu kemudian menyebarkan ke teman-temannya. Alhasil, siswa saya bertambah,” kata Irwan lagi.
Dukungan Orang Tua
Dalam perjalanannya, Salfas Soccer selalu menggandeng orang tua siswa. Hal itu selaras dengan visi dari Salfas Soccer sendiri: membina bakat sepak bola anak-anak, menjalin persaudaraan dengan siswa dan orang tua, serta menggapai prestasi setinggi mungkin.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.654 |
Komentar