Sepak bola Inggris tengah melihat perbedaan jalur karier antara manajer muda berbakat Mauricio Pochettino di Tottenham dan bos gaek Louis van Gaal di Manchester United.
Padahal, keduanya relatif menangani klub dengan waktu sama.
Pochettino ditunjuk sebagai bos Lilywhites pada Mei 2014, hanya dua minggu setelah Setan Merah memastikan bahwa Louis van Gaal jadi pelatih permanen United.
Spurs baru saja finish di posisi keenam pada 2014, satu peringkat dan lima poin di atas United yang menyelesaikan musim dengan Ryan Giggs sebagai pelatih sementara, menggantikan David Moyes.
Kontras antara keduanya kini seperti terpampang jelas pada akhir pekan kemarin kala pasukan Van Gaal harus kalah memalukan 1-2 di kandang Sunderland pada Sabtu (13/2/2016).
Sehari kemudian, Pochettino dan Spurs berjaya di sisi biru Manchester saat mengalahkan rival menuju gelar juara, Manchester City, dengan skor sama.
[video]http://video.kompas.com/e/4755497620001_ackom_pballball[/video]
Pochettino telah menukangi Spurs dalam 93 laga dengan rataan 1,83 poin per laga, jumlah tersebut masih lebih superior ketimbang catatan LvG dalam 82 partai bersama United, yakni 1,76.
Padahal, pelatih asal Argentina itu hanya menghabiskan 70 juta pounds sejak menukangi Spurs berbanding 258 juta pounds yang Van Gaal keluarkan.
Seperti Van Gaal, Pochettino juga harus melakukan "bersih-bersih" di semua lini, dari Michael Dawson dan Vlad Chiriches di belakang; Gylfi Sigurdsson, Paulinho, dan Sandro di lini tengah; dan Roberto Soldado di depan.
Bos Spurs tersebut membelanjakan jumlah tadi untuk merekrut hanya 12 pemain dan melepas 33 pemain lain.
Sepanjang melatih Spurs, Pochettino memakai jasa 39 pemain berbanding 48 yang LvG telah gunakan.
Betul, Van Gaal membenahi posisi akhir United pada musim pertamanya, dari tujuh ke empat. Namun, ia melakukan itu berkat sokongan dana sangat besar dari pemilik Setan Merah, sesuatu yang pendahulunya tak pernah dapat.
Pada awal musim ini, Setan Merah merupakan salah satu kandidat juara. Akan tetapi, kini semua pembicaraan mengarah ke kemungkinan Tottenham memenangkan titel liga pertama mereka sejak 1961.
Kendati sama-sama memercayai pemain muda, Spurs meroket ke papan atas dengan bermain penuh intensitas, gairah, dan menunjukkan dinamika menyerang yang membuat Setan Merah harus meringkuk di bawah bayang-bayang mereka.
Perbedaan trayek antara kedua pelatih memang tak bisa lebih kontras.
[video]http://video.kompas.com/e/4754339627001_ackom_pballball[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar