Sejak 2013, Blanc sukses mengantar PSG dua kali meraih trofi Ligue 1, satu Coupe de France (Piala Prancis), dan sepasang Coupe de la Ligue (Piala Liga Prancis).
Ia juga selalu mampu mengantar Les Parisiens menembus fase perempat final Liga Champion dalam dua musim terakhir.
Orang biasanya dengan enteng berkata deretan prestasi tadi bisa mudah digapai karena Blanc dibekali pemain-pemain bintang.
Akan tetapi, prestasi lain Blanc di PSG yang mungkin tak akan bisa disamai pelatih lain atau Mourinho adalah kemampuannya dalam menerapkan skema taktik yang sanggup mengakomodasi bintang-bintang PSG.
[video]http://video.kompas.com/e/4743513846001_ackom_pballball[/video]
Blanc berani memainkan banyak pemain kreatif dalam skema 4-3-3 miliknya. Dalam kamus sepak bola Blanc, tak haram untuk menurunkan para pengatur permainan seperti Thiago Motta, Marco Verratti, Javier Pastore, hingga Zlatan Ibrahimovic secara berbarengan.
Jadilah PSG racikan Blanc sebagai salah satu tim yang menampilkan sepak bola terbaik di lima liga besar Eropa. Permainan bola pendek nan cair menjadi identitas PSG ala Blanc.
Sejak mulai menduduki bangku pelatih PSG pada 2013, Blanc mencatat rasio kemenangan sebesar 73,5 persen.
[video]http://video.kompas.com/e/4744469333001_ackom_pballball[/video]
Memakai rentang waktu serupa, hanya ada dua pelatih top Eropa yang punya catatan lebih bagus dari Blanc, yakni Carlo Ancelotti (rasio kemenangan 74,7 persen) dan Pep Guardiola (76 persen).
Mourinho? Rapor pelatih yang kini masih menganggur itu ada jauh di bawah Blanc (58,9 persen).
"Sebagai suporter PSG, sebab saya orang Paris, saya tak menginginkan Mourinho melatih klub saya. Tak ada masalah dengan Mourinho, ia bagus. Tapi, pada aspek kemanusiaan, saya tak yakin bahwa beberapa pemain akan bertahan jika ia datang ke PSG," kata Olivier Dacourt, eks anak asuh Mourinho di Inter Milan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Le Parisien |
Komentar