Kestabilan Leicester City di puncak klasemen Premier League musim ini mengungkap kembali kiprah para underdog terhebat sepanjang sejarah dalam dunia olahraga. Berikut 7 tim atau sosok non-unggulan terbaik, menurut versi JUARA.net.
1. Yunani, Piala Eropa 2004
Spirit Leicester di Premier League musim ini seperti cerminan semangat tim nasional Yunani kala menjuarai Piala Eropa 2004 di Portugal. Kiprah Yunani ketika itu bak menggambarkan kisah Cinderella.
Tim asuhan Otto Rehhagel memasuki turnamen dengan rekor tanpa kemenangan di kancah internasional. Baru kembali lolos ke putaran final sejak 1980, Yunani sangat tidak diunggulkan.
Namun, percikan kejutan pertama sudah muncul ketika mereka membuka turnamen dengan kemenangan 2-1 atas tuan rumah, Portugal.
Setelah lolos ke perempat final sebagai runner-up grup, Yunani menuai kemenangan 1-0 secara berturut-turut atas Prancis, Rep. Ceska, dan lagi-lagi Portugal di final!
2. Buster Douglas, Perebutan Gelar Tinju Kelas Berat WBA/WBC/IBF 1990
Nama James "Buster" Douglas baru benar-benar dikenal secara global di dunia tinju berkat kemenangan atas salah satu petinju terbaik sepanjang sejarah, Mike Tyson.
Momen tersebut terjadi pada 11 Februari 1990 di Tokyo. Hampir semua orang menjagokan Tyson, yang menyambut turnamen dengan rekor fantastis.
Sebelumnya, tiada penantang yang sanggup meladeni Si Leher Beton dalam laga kurang dari lima ronde sejak 1987.
Karena level lawan yang jauh di bawahnya, Tyson seperti main-main pada awal laga. Namun, hujan pukulan dari Douglas membuat Tyson merasakan KO untuk pertama kali dalam karier profesional.
3. Kaiserslautern, Bundesliga 1997-1998
Kisah Kaiserslautern menjuarai Bundesliga 1997-1998 bak dongeng wajib yang harus dibaca setiap tim promosi.
Sebab, klub beralias Setan Merah tersebut memenangi titel Liga Utama Jerman dengan status sebagai tim promosi dari Divisi II.
Prestasi itu meroketkan nama Michael Ballack sebagai pemain muda Kaiserslautern yang bersinar. Pelatih peracik keajaiban mereka ialah Otto Rehhagel.
Ya, dialah sosok sama dengan orang yang membawa Yunani jawara Eropa enam tahun berselang!
4. Nottingham Forest, Piala Champions 1978-1979
Nottingham forest celebrate winning the European cup in 1980 at santiago bernabau v hamburger sv pic.twitter.com/nt4CoQsduu
— europa cups archive (@copaeuropean) September 18, 2015
Nottingham naik kelas ke Liga Utama Inggris pada 1977, memenangi liga pada 1977-1978, dan meraih gelar tertinggi di level kontinental semusim berselang: Piala Champions 1978-1979!
Mimpi indah selama tiga musim beruntun itu dilengkapi gelar Piala Champions lagi semusim berikutnya.
5. Tim Hoki Es Amerika Serikat, Olimpiade 1980
Kisah perjuangan tim hoki es Amerika Serikat di Olimpiade musim dingin 1980 mirip Yunani pada Piala Eropa 2004, tapi tak kalah melegenda.
AS di turnamen tersebut diperkuat oleh sejumlah pemain amatir dan bintang level universitas. Namun, tim asuhan Herb Brooks menutupi kekurangan kualitas individu dengan permainan kolektif yang sangat baik.
Duel AS kontra Uni Soviet pada partai ketiga di ajang itu tercatat dalam sejarah sebagai momen Miracle on Ice atau Keajaiban di Atas Es.
AS menang dramatis 4-3 atas Uni Soviet, peraih 6 medali emas dari 7 kali turnamen sebelumnya. Usai menyisihkan Uni Soviet, AS memboyong medali emas dengan menekuk Finlandia 4-2 pada laga terakhir.
6. Hellas Verona, Serie A 1984-1985
Bukan Juventus, AC Milan, Inter Milan, atau AS Roma yang menjadi tim terbaik di Serie A 1984-1985. Scudetto musim itu jatuh ke tangan tim underdog, Hellas Verona.
Sebelum juara pada edisi tersebut, Verona baru naik kelas ke Serie A 1982-1983 sebagai juara Serie B.
7. Denmark, Piala Eropa 1992
Kisah Cinderella di dunia nyata terjadi pula pada Piala Eropa 1992 yang dialami timnas Denmark.
Partisipasi Tim Dinamit kala itu hanya sebagai pengganti Yugoslavia, yang dicoret akibat konflik bersenjata. Tim pengganti itu justru melesat sebagai kejutan yang sukses.
Setelah melewati hadangan dua tim favorit, Inggris dan Prancis, di fase grup, Denmark menyisihkan Belanda dan Jerman di babak berikut untuk meraih gelar perdana mereka di level internasional.
Selain tujuh underdog tersebut, layak pula menyinggung kiprah Blackburn Rovers (juara Premier League 1994-1995) atau Atletico Madrid (La Liga 2014-2015) di dunia sepak bola.
Bisakah Leicester meneruskan jejak mereka musim ini?
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar