Lalu sebuah foto diposting di media sosial twitter dari seorang pelanggan GrabCar pun menyebar menjadi viral Agustus lalu. Pro dan kontra pun muncul, beberapa pengguna internet mengejeknya karena menilai kehidupan Alam Shah jatuh dari kehidupannya sebagai bintang sepak bola.
Lantas bagaimana sikap Alam Shah? Ia ternyata sama sekali terganggu. ”Seluruh hidup saya, bahkan ketika saya mencetak gol dan bermain untuk tim nasional, saya tidak pernah melihat diri saya sebagai seseorang yang berada di atas orang lain," katanya.
”Bagi saya, pekerjaan adalah pekerjaan. Saya hanya berpikir itu membantu saudara saya. Saya tidak pernah berpikir itu akan menjadi masalah besar. Ketika saya melaju dengan GrabCar, saya bertemu banyak penumpang yang mengakui saya dan mengatakan kepada saya mereka menghargai kontribusi saya untuk sepak bola Singapura.”
Kini, Alam Shah yang resmi meninggalkan lapangan hijau pun menyetujui ajakan Teo untuk kerja di Komoco Motors. Teo mendatangkan Alam Shah dari Sembawang Rangers ke Tampines Rovers pada 2002. Meskipun, reputasi Alam Shah kala itu dikenal sebagai pemain emosional dan indisipliner.
Namun, Teo justru meminjamkan 70.000 dollar Singapura untuk jaminan ketika adik Alam Shah, Noor Ashiq, dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Ashiq terlibat penyalahgunaan narkoba pada 2006.
”Setiap hari, saya hanya mencoba untuk membalasnya. Hanya, saya melakukan dengan cara yang berbeda sekarang. Mimpi saya adalah menjadi seperti manajer saya, Yunos (Samad, mantan pemain Tampines lain),” kata Alam Shah.
”Dia (Yunos) mulai dari awal, tepat setelah pensiun dari sepak bola, seperti yang saya lakukan sekarang. Dia telah bekerja untuk bos (Teo) selama 11 tahun. Jadi, itulah hal yang sama yang ingin saya lakukan.”
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | The New Paper |
Komentar