Pesta gol lagi. Barangkali pemikiran seperti inilah yang terbersit di benak para pendukung Real Madrid menjelang lawatan ke markas Granada, Minggu (7/1/2016).
Penulis : Indra Citra Sena
Maklum, Granada sering kali menjadi korban keganasan lini ofensif Madrid selama beberapa musim terakhir. Masih segar dalam ingatan ketika Los Blancos alias Si Putih “tega” menggelontorkan sembilan gol ke gawang Granada pada 5 April 2015.
Pembantaian itu berpotensi terulang mengingat produktivitas tim tengah meningkat tajam sejak Zinedine Zidane menduduki kursi kepelatihan Madrid. Sebanyak 17 gol tercipta hanya dalam empat pertandingan (rata-rata 4,2 gol per laga).
Cristiano Ronaldo, yang mengukir hattrick ke gawang Espanyol pada pekan lalu, kembali mengemban tugas sebagai penggedor pertahanan Granada.
Dia tentu berkeinginan menambah koleksi 19 gol miliknya agar dapat meninggalkan Luis Suarez di puncak daftar el pichichi atau pemain tertajam La Liga 2015-16.
Kendati begitu, Ronaldo bukanlah momok sesungguhnya buat Granada karena status tersebut lebih pas disematkan kepada Karim Benzema.Terdapat dua alasan besar yang berkaitan erat dengan urusan menjebol gawang lawan.
Pertama, koleksi 18 gol Benzema boleh saja masih kalah banyak dari Ronaldo. Akan tetapi, rasio gol per laga penyerang berkebangsaan Prancis itu jauh mengungguli koleganya, dengan perincian 1,05 berbanding 0,86.
Alasan berikut, Benzema merupakan satu-satunya pemain Madrid yang tak pernah absen mencatatkan nama di papan skor sewaktu meladeni Granada dalam kurun waktu lima pertemuan terkini.
Tahun Emas
Benzema memang sedang menggila. Catatan gol miliknya sudah hampir mendekati rekor terbanyak semusim di liga (21 gol; 2011-2012) kendati kompetisi baru bergulir 22 pekan dan masih menyisakan belasan pertandingan.
Hal ini terjadi lantaran Benzema mengalami perkembangan pesat dalam aspek kematangan, pengalaman, mentalitas bertanding, kepercayaan diri, serta ketahanan fi sik. Dukungan penuh dari Zidane turut menyuntikkan motivasi kepadanya.
Apalagi, Benzema pernah berujar bahwa ia percaya kehidupan seorang pesepak bola memasuki fase emas saat menginjak usia 27 tahun. Keyakinan tersebut perlahan mulai terbukti lantaran gol demi gol semakin lancar mengalir dari kaki dan kepalanya.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA no.2.652 |
Komentar