Salah satu sekolah sepak bola (SSB) yang memiliki sistem pembinaan menarik ialah Redboys Indonesia Soccer School. Selain menggunakan Metode Coerver sebagai kurikulum pembinaan, Redboys juga memiliki struktur organisasi yang kuat.
Penulis: Ferry Tri Adi
SSB yang bermarkas di Lapangan Taman Wiladatika, Cibubur, Jakarta, itu resmi berbadan hukum karena dimiliki PT Merdeka Bersama Kita dengan Akta Pendirian Nomor 06 Tanggal 13 Desember 2013. Akta tersebut dibuat di hadapan notaris Zetsplayer Tarigan
Menurut Ade Adhar, salah satu pendiri Redboys, langkah itu ditempuh karena jajaran manajemen berpikir jauh ke depan demi membuat SSB yang baik dan benar.
“Maksudnya kami ingin punya SSB seperti di luar negeri, khususnya di Eropa. Dengan industri sepak bola yang sudah berjalan baik, mereka dimiliki swasta dan bisa bertahan hidup sekaligus tak berhenti menghasilkan bibit muda potensial," tutur Ade.
"Mengapa mereka bisa begitu? Balik ke soal industri tadi. Ketika sudah memiliki struktur kuat, tentunya sistem berjalan baik, seperti kontrak pemain. Tak heran setiap pemain yang sudah jadi kemudian diperjualbelikan klub. Mereka bakal menghasilkan pemasukan buat SSB melalui klausul kontrak,” katanya lagi.
Ade mengambil contoh pemain yang tengah jadi bahan perbincangan, yaitu Anthony Martial. Beberapa persen dari hasil penjualan Martial ke Manchester United masuk ke kas SSB tempat sang pemain menimba ilmu.
“Dari dana hasil penjualan itu, SSB tentu bisa bertahan hidup dan bersemangat menghasilkan pemainpemain berbakat,” ungkap Ade.
Tentu saja ide dari Redboys tersebut tak bisa diwujudkan dengan mudah di Indonesia mengingat industri sepak bola Tanah Air belum berjalan dengan baik.
Selain itu, faktor kesabaran juga menjadi kunci dalam pembinaan di Redboys. Orang tua siswa selalu diberikan pemahaman soal pembinaan yang tidak bisa instan. Hal itu tergambar dari kurikulum yang dipakai Redboys. Metode Coerver dipilih sebagai fondasi pembinaan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.652 |
Komentar