Sinisa Mihajlovic datang ke Milan dengan ide menerapkan formasi 4-3-1-2 seperti saat di Sampdoria. Faktanya, pola tersebut tidak bertahan lama sebagai skema awal.
Penerapan 4-3-1-2 sebagai pola pada awal partai dilakukan Mihajlovic hanya sampai pekan ketujuh.
Setelah kalah 0-1 dari Genoa dan 0-4 dari Napoli, pada pekan kedelapan melawan Torino, Miha memutuskan untuk memainkan pola 4-3-3.
Hasil 1-1 di kandang Torino membuat Miha kembali menerapkan skema tersebut. Hasilnya, Milan mencatat tiga kemenangan beruntun.
Namun, hasil imbang dengan Atalanta di San Siro dan kekalahan di kandang Juventus membuat sang pelatih berubah pikiran.
Pada pekan ke-14 melawan Sampdoria, Miha percaya kepada pola 4-4-2 pada awal laga.
Kemenangan 4-1 membuat skema tersebut dipertahankan. Meski tidak selalu berujung dengan kemenangan, pola itu terus dipakai sampai pekan terkini.
Apakah Mihajlovic sudah menetapkan 4-4-2 sebagai pola untuk mendatangkan kemenangan? Jawabannya belum.
Pelatih asal Serbia itu masih memiliki keyakinan terhadap skema 4-3-1-2. Pemain-pemain andalan yang belum bugar menjadi alasan kenapa 4-3-1-2 tidak lagi diterapkan sejak pekan kedelapan.
"Kami memulai dengan sistem 4- 3-1-2, lalu 4-3-3. Dengan 4-4-2, kami meraih hasil-hasil bagus. Ketika Kevin-Prince Boateng, Jeremy Menez, dan Mario Balotelli kembali bugar penuh, saya berpikir untuk memainkan 4-3-1-2. Untuk sekarang kami mesti terus seperti ini," ujar Miha, seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.651 |
Komentar