Juventus merupakan salah satu tim yang punya kekuatan mental luar biasa. Musim ini, I Bianconeri selalu memberikan respons cepat seusai menderita kekalahan.
Penulis: Anggun Pratama
Bukan hanya bangkit dengan meraih kemenangan, Paulo Dybala dkk seperti meledak penuh amarah ketika menjalani laga setelah kekalahan.
Musim ini, Juventus sudah kalah enam kali di semua ajang yang mereka ikuti dalam waktu normal.
Di laga terdekat usai kekalahan tersebut, Juve selalu bisa menang meyakinkan dan lantas membuat deret tak terkalahkan yang mayoritas diisi kemenangan dalam waktu panjang.
Juventus seperti menjadikan kekalahan sebagai pengingat bahwa tak ada tim sempurna, sekaligus bahan bakar agar terus memperbaiki diri.
Kekalahan pertama Sang Hitam- Putih di 2016-2017 adalah dari Inter di Giuseppe Meazza pada September 2016.
Setelah laga itu, I Bianconeri memberi reaksi dengan mengalahkan Cagliari 4-0 di J-Stadium.
Seusai kekalahan itu, Juventus tak terkalahkan dalam enam laga tanpa jeda. Pola seperti ini sudah terulang lima kali di sepanjang musim ini.
Periode reaksi terbaru alias yang keenam, muncul setelah Juventus kalah 1-3 dari AS Roma di Stadion Olimpico pada 14 Mei.
Pasukan Massimiliano Allegri menjawab dengan kemenangan 2-0 atas Lazio di ajang final Coppa Italia pada 17 Mei.
Baca Juga:
- Dari Arezzo ke Cardiff, 10 Tahun Perayaan Kebangkitan Juventus
- Inter Milan dan Siklus 35 Tahunan Terburuk
- Kasus Aspas dan Klaim Bantuan Wasit untuk Real Madrid
Allegri menilai kekalahan-kekalahan tersebut sebagai alarm pengingat buat terus melakukan perbaikan.
"Setiap laga berbeda sehingga pemain dan kami staf pelatih harus terus memperhatikan detail. Yang pasti, anak-anak menunjukkan reaksi hebat," kata Allegri.
Melihat pola yang sudah terjadi, ada potensi Juventus kembali tak terkalahkan hingga akhir musim.
Tinggal tiga laga tersisa, termasuk final Liga Champions kontra Real Madrid. Apakah itu berarti Juventus bakal meraih gelar juara Liga Champions?
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar