Ibarat maju kena mundur pun kena. Posisi sulit tengah dialami PSSI dan PT Liga Indonesia. Sesuai instruksi FIFA, mereka harus menggelar kompetisi LSI 2015, tanpa pengaruh pihak ketiga. Namun BOPI hanya mengeluarkan rekomendasi untuk 16 klub saja, minus Persebaya dan Arema Cronus.
Saat PSSI menghentikan kompetisi untuk berkonsolidasi, BOPI justru menyempritnya. “Kompetisi harus tetap digelar sesuai jadwal, dan tanpa dua klub itu,” kata Heru Nugroho, Sekjen BOPI. Namun atas perintah Komite Eksekutif PSSI, Joko Driyono pun memilih menghentikan kompetisi hingga 25 April, untuk selanjutnya diserahkan pada Komite Eksekutif baru pasca Kongres Pemilihan nanti.
“Bagi kami ini suatu bentuk pembangkang kedua. Nanti akan kami laporkan hal ini ke Menpora soal pembangkangan ini,” ungkap Heru. Bagi BOPI Persebaya baru bisa berjalan jika dua PT di klub itu melakukan rekonsiliasi.
Namun CEO Persebaya Gede Widiade menganggap perintah BOPI tidak memiliki landasan hukum. "Bagaimana kami mau rekonsiliasi, kalau kami ini beda perusahaan dan beda klub. PT PI dan Persebaya 1927, sementara kami PT Mitra Muda Inti Berlian (PT MMIB). Kami ini jelas beda, dan tidak bisa dikatakan bersengketa," ujar Gede.
Beda perusahaan pengelola antara Persebaya dengan Persebaya 1927 dianggap tidak bisa dijadikan acuan bagi BOPI untuk memaksa Persebaya tunduk pada mereka. "Kami beda rumah tangga, titik," kata Gede.
Sementara FX Hadi Rudyatmo, Walikota Solo yang juga mantan Wakil Ketua Komite Normalisasi PSSI melihat keputusan Menpora Imam Nahrawi menghentikan kompetisi adalah salah besar. “Apalagi dia menghentikan kompetisi tanpa memberikan solusi. Saya kira itu tidak benar. Justru sebaliknya Persebaya dan Arema itu harus dibantu. Kalau Menpora salah, ya harus di-reshuffle,” kata Rudy, yang juga orang dekat Presiden Joko Widodo. (Fahrizal Arnas)
Editor | : | Ary Julianto |
Sumber | : | BOLA |
Komentar