Ketika kinerja tim sudah tak berjalan sesuai target di awal musim, jalan terlogis bagi manajemen adalah dengan memberhentikan secara sepihak ikatan kontrak sang pelatih.
Sejumlah klub di musim 2015-16 sudah menempuh jalan semodel ini. Termasuk Real Madrid, yang mengganti Rafael Benitez dengan Zinedine "Zizou" Zidane.
Meski belum bisa dibilang gagal-gagal banget, Madrid menjuarai fase grup Liga Champions dan menduduki posisi ketiga di klasemen La Liga, Rafa dinilai tak mampu membawa Madrid ke jalur yang seharusnya.
Setelah berstatus nirgelar di musim 2014-15, dan berada jauh inferior di hadapan Barcelona, wajar apabila Madrid ngotot untuk mengakhiri musim ini dengan raihan trofi.
Zizou dianggap memiliki kapabilitas tepat untuk mengembalikan Los Merengues ke jalur juara.
Kebetulan, Real Madrid dinaungi sejarah lumayan apik ketika mengganti nakhoda di tengah jalan.
Setidaknya, di masa lalu ada delapan kondisi (9 gelar juara) di mana Si Putih menutup musim dengan menggenggam mahkota juara setelah melakoni perubahan personel di kursi pelatih.
Kasus terdekat adalah sewaktu Madrid menjuarai Liga Champions pada 1999-2000 setelah sebelumnya mengganti John Toshack dengan Vicente del Bosque pada November 1999.
Kejadiannya mirip dengan situasi pada 1959-60, tatkala titel kelima Madrid di panggung Liga Champions didahului pergantian Manuel Fleitas Solich dengan Miguel Munoz pada April 1960.
Pengganti "Super"
Ada enam kondisi lain yang menunjukkan prestasi signifikan bagi Real Madrid seusai pergantian pelatih.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar