Dua tim finalis Piala Jenderal Sudirman (PJS), Semen Padang dan Mitra Kukar, menolak dianggap sebagai tim nonunggulan. Hal itu tampak dari persiapan yang dilakukan kedua pelatih menjelang laga puncak.
Salah satu anggapan bahwa Semen Padang dan Mitra Kukar bukan favorit di ajang PJS seolah diperlihatkan statistik penguasaan bola kedua tim.
Hasil olah data statistik Labbola menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan bola kedua tim sejak fase grup hingga menjelang laga puncak tidak pernah mencapai lebih dari 50 persen.
Perinciannya, rata-rata penguasaan bola Semen Padang hanya 46 persen, sedangkan Mitra Kukar cuma menorehkan 45 persen.
Namun, masing-masing pelatih tetap menyiratkan bakal tampil dengan komposisi terbaik agar layak menjadi juara.
Pelatih Semen Padang, Nil Maizar, telah melakukan bongkar-pasang di dua posisi guna menyiasati hukuman akumulasi Hendra Bayauw (gelandang sayap) dan Satrio Syam (bek sayap).
Dari sesi latihan sepanjang pekan ini, Nil sudah menempatkan Adi Nugroho untuk menggantikan Bayauw. Selain itu, Novan Sasongko dan Ricky Ohorella dipersiapkan untuk menggantikan Satrio.
“Saya akan melihat kondisi semua pemain sehari menjelang pertandingan. Bisa ya, bisa juga tidak. Saat ini, saya tengah mencoba beberapa kemungkinan,” tuturnya.
Terkait status Semen Padang sebagai pengganti Persiba Balikpapan di PJS, Nil justru terinspirasi keberhasilan Denmark saat menjuarai Piala Eropa 1992. Kala itu, Denmark juga berstatus kontestan pengganti.
"Kami terinspirasi dari kisah tersebut. Ketika sampai di final, tentu satu lagi tujuan yang mesti digapai, yakni juara!" ujar Nil.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.650 |
Komentar