Kegagalan Arema Cronus menembus final Piala Jenderal Sudirman (PJS) disesali banyak pihak. Gelandang Singo Edan asal Spanyol, Toni Mossi, merupakan salah satu yang paling bersedih.
Mossi sudah harus meninggalkan lapangan saat laga kedua semifinal di Stadion Kanjuruhan, Kabupatan Malang, Minggu (17/1/2016) tersebut, baru berjalan 25 menit.
Wasit Dodi Setia Permana mengusirnya bersamaan dengan bek Mitra Kukar, Abdul Gamal. Keduanya dinilai sebagai pemicu bentrokan antar-pemain.
Ketika Arema akhirnya kalah 2-3 (3-3) lewat adu penalti, Mossi memilih duduk menyendiri. Dia duduk dengan satu tangan diletakkan di wajahnya.
Gelandang 29 tahun ini ternyata menitikkan air mata. Mossi merasa kekalahan itu mereka derita akibat dari kartu merah yang dia terima.
"Siapa yang bisa memberi penjelasan soal kartu merah itu kepada saya, karena justru saya yang dilanggar," kata mantan pemain Valencia ini.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mossi hanya bisa meminta maaf kepada Aremania karena gagal membawa Singo Edan melaju ke final PJS.
"Saya hanya bisa bilang maaf, dan terima kasih kepada Aremania yang memberikan dukungan besar kepada tim. Mereka suporter terbaik," katanya.
Pelatih Arema Joko Susilo pun mengaku bingung kenapa Mossi di kartu merah. Menurut dia, pemain andalannya di lini tengah itu tidak melakukan apa-apa dan justru mendapatkan pukulan di kepala.
"Entah apa yang dipikirkan wasit," kata Joko protes.
Pelatih yang akrab disapa Gethuk ini pun memaklumi ketika Mossi sampai menangis di ruang ganti. Kegagalan tersebut sangat menyakitkan lantaran terjadi di kandang sendiri.
"Semua pasti merasa sedih dan bersalah dengan hasil ini. Tapi sekali lagi, saya yang bertanggung jawab," ujar pelatih 46 tahun ini.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | - |
Komentar