Dukungan penuh yang diberikan Aremania tak mampu membuat Arema Cronus melaju ke final Piala Jenderal Sudirman. Tim berjulukan Singo Edan itu kandas di semifinal setelah kalah adu penalti 2-3 dari Mitra Kukar di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Minggu (17/1/2016).
Berbagai aksi suporter sudah dilakukan untuk memberikan semangat tambahan kepada Cristian Gonzales dkk. Mulai dari membentangkan bendera raksasa bertajuk one soul one nation, hingga membuat stadion meluber oleh penonton.
Pelatih Arema, Joko Susilo, meminta maaf kepada fans karena kegagalan ini lebih menyakitkan daripada Piala Presiden mengingat Arema justru gagal di kandang sendiri.
"Saya yang bertanggung jawab penuh akan hasil ini," kata Joko Susilo.
Asisten pelatih Arema, I Made Pasek Wijaya, juga tak kalah sedih. Bahkan, dia mengaku malu dengan suporter tim yang sudah banyak berkorban selama PJS.
"Tentu kami tidak enak hati. Malu rasanya kalau melihat dukungan Aremania yang begitu besar," kata pria asal Bali itu.
Sementara itu, Aremania justru bersikap lebih dewasa. Mereka tidak melakukan protes ataupun tindakan anarkis setelah pertandingan. Satu-satunya insiden yang terjadi justru pagi hari sebelum pertandingan.
Tiket box yang menjual tiket ekonomi menjadi sasaran kemarahan Aremania yang tidak kebagian karcis masuk ke dalam stadion karena sudah habis terjual. Kursi, meja, dan papan yang ada di dalam loket dihancurkan oleh penonton yang sudah mengantre untuk membeli karcis.
Tetapi, setelah itu suporter serentak memberikan dukungan di dalam stadion. Bahkan, ribuan orang yang tak bisa masuk ke dalam stadion masih legawa melihat pertandingan lewat big screen yang disediakan oleh panpel di luar stadion.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | - |
Komentar