Gelandang Muhammad Ridwan mengungkapkan bahwa tidak ada kepastian kontra dari Persib Bandung membuatnya memilih hengkang dari tim berjuluk Maung Bandung tersebut.
Menurut Ridwan, alasan tersebutlah yang membuat dirinya bersama Firman Utina, Supardi Nasir, dan Achmad Jufriyanto memilih hijrah ke Sriwijaya FC.
Ridwan menjelaskan, keputusannya hengkang bermula saat dia tidak diajak berkomunikasi perihal masa depannya di Persib usai turnamen Piala Presiden, oleh pihak manajemen Persib.
"Praktis tidak ada pemasukan setelah Piala Presiden. Ketika ada tawaran, berat untuk kami memutuskan karena kami masih menunggu dari Persib seperti apa. Setelah menunggu tidak ada komunikasi dan tidak ada kejelasan.Dengan berat hati kami putuskan meninggalkan Persib dan menerima tawaran Sriwijaya," tutur Ridwan di Bandung, Selasa (12/1/2016).
"Karena tidak ada komunikasi, saya berpikir realistis. Saya sudah berumur. Dalam pikiran, manajemen mungkin tidak memperpanjang saya," tambah Ridwan.
Dia mengaku berat untuk meninggalkan Persib. Bahkan, dia berniat untuk pensiun di Persib. "Sebenarnya kami berkeinginan menghabiskan karier di Bandung. Begitu dekatanya dengan Pak haji (Umuh Muhtar) dan semua elemen di Persib. Pak haji begitu baik, mengayomi kami, berat untuk kami," tuturnya.
Dia mengaku telah resmi bergabung bersama Sriwijaya FC dan telah memulai latihan perdana hari ini. Tetapi, dia meminta izin kepada manajemen Sriwijaya bertolak ke Bandung untuk berpamitan kepada jajaran manajemen Persib.
"Kemarin, Sriwijaya sudah kumpul. Dan hari ini sudah latihan perdana. Saya minta izin ke pihak manajeman. Saya belum pamitan ke Pak Umuh," ucap Ridwan.
Ridwan juga menyampaikan salam perpisahan kepada pendukung Persib yang selama ini menjadi bagian tak terlupakan dalam kariernya menjadi pemain sepak bola.
"Saya ingin memohon maaf kepada bobotoh semua. Saya tidak bisa melanjutkan karier di sini. Mudah-mudahan ada umur panjang. Kalau Persib dan Pak haji minta balik, saya siap kembali balik," tambahnya. (Dendi Ramdhani)
Editor | : | |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar