Ada kisah di balik sikap kalem manajer Manchester United, Louis van Gaal saat memimpin timnya di tepi lapangan.
Cerita tersebut terjadi di final Liga Champions musim 1994-1995. Van Gaal, yang kala itu menukangi Ajax Amsterdam, berjumpa AC Milan pada partai puncak yang berlangsung di Ernst-Happel-Stadion, Vienna.
Van Gaal murka lantaran wasit tak memberi penalti setelah Jari Litmanen mendapat pelanggaran keras di dalam kotak terlarang Milan. Ia lantas melakukan tendangan kung-fu di dekat hakim garis.
"Saya sangat marah sehingga melakukan tendangan di pinggir lapangan. Saya tidak jauh dari hakim garis," tutur Van Gaal mengenang kejadian di Vienna.
Sejak saat itu, Van Gaal sadar bahwa tidak ada gunanya bertindak berlebihan di depan wasit. Menurut LvG, sang pengadil lapangan tak akan mengubah keputusan hanya karena pelatih bersikap meledak-ledak.
"Saya sadar bahwa Anda harus bisa mengendalikan gairah Anda," kata mantan pelatih timnas Belanda itu.
"Saya tidak berpikir wasit di Inggris bisa terpengaruh dengan apa yang dilakukan manajer," kata Van Gaal.
Alhasil, kini Van Gaal berubah menjadi sosok yang kalem. Ia lebih memilih duduk di bangku cadangan sambil mencatat beberpaa poin penting di bukunya. LvG pun sangat jarang maju ke garis pinggir lapangan untuk meneriaki anak-anak asuhnya.
[video]http://video.kompas.com/e/4708427244001_ackom_pballball[/video]
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Mirror |
Komentar