Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI) bersikap untuk menolak penyelenggaraan turnamen. APPI pun menuntut untuk kejelasan kompetisi.
APPI mendeklarasikan sikapnya tersebut di salah satu hotel di Jakarta pada Kamis (14/1/2016). Dalam acara tersebut, hadir Presiden APPI, Ponaryo Astaman, Wakil Presiden APPI, Bambang Pamungkas, dan anggota Komite Eksekutif APPI, Bima Sakti.
Hadir pula sejumlah pemain, di antaranya Ramdani Lestaluhu, Andritany Ardhiyasa, Leo Tupamahu, Riyandi, FX Yanuar, Aditya Harlan, David Laly, Gavin Kwan, dan beberapa lainnya.
Menurut Ponaryo, pemain adalah pelaku utama. Karena itu, APPI berharap dan mendorong stakeholder lain untuk berpikir dan menghasilkan solusi permasalahan sepak bola Tanah Air.
"Kami harus mengambil inisiatif supaya ada perubahan. Kami menekan semua pihak, tidak hanya ke federasi, juga pemerintah. Kami murni untuk sepak bola dan tak melihat kanan-kiri," kata Ponaryo.
Sementara itu, Bambang Pamungkas menilai permasalahan sepak bola Indonesia seharusnya mengarah ke perbaikan. Namun, menurutnya, fakta yang terlihat malah sebaliknya.
"Yang kita lihat dalam delapan bulan terakhir dengan banyaknya turnamen adalah sebuah kemunduran," kata Bambang "Bepe" Pamungkas.
Bepe tak memungkiri penyelenggaraan turnamen sedikit memberikan "napas" kepada pemain setelah Menpora Imam Nahrawi membekukan liga. Namun, Bepe memandang penyelenggaraan turnamen juga menyisakan cacat.
"Kalau dilihat, pemain tidak maksimal mendapatkan haknya. Pemain hanya dikontrak tiga bulan, sementara asuransi manapun tak mau mengcover jika hanya tiga bulan. Hak mendapat perlindungan pun tidak maksimal," tuturnya.
APPI menuangkan sikapnya dalam enam poin dalam acara deklarasi tersebut:
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar