Inter Milan gagal menang dalam dua pekan terakhir Serie A. Pelatih Inter, Roberto Mancini, ikut menyerang dua pemain ofensif mereka, Stevan Jovetic dan Mauro Icardi.
Setelah dikalahkan Sassuolo 0-1, Inter cuma mendapat hasil imbang 1-1 di markas Atalanta. Garis merah problem dari dua partai tersebut kembali muncul. Mancini mengeluhkan minimnya kontribusi penyerang.
"Kami punya pemain bertalenta di lini depan yang seharusnya bisa melakukan hal lebih baik. Kami perlu mencetak banyak gol," kata Mancini kesal.
Icardi dan Jovetic jadi sasaran. Kedua pemain top itu masih belum menemukan keterpaduan dan kerja sama produktif di lini serang.
Musim ini, Icardi dan Jovetic belum pernah memberi assist satu sama lain. Padahal, keduanya sudah tampil bareng selama 643 menit. Sebiji gol ke gawang Atalanta pun hanya berasal dari bunuh diri pemain lawan.
[video]http://video.kompas.com/e/4708145568001_ackom_pballball[/video]
Total, klub berjulukan I Nerazzurri alias Sang Hitam-Biru itu menyarangkan 25 gol dalam 20 pekan musim ini. Barisan ofensif mereka cuma menyumbang 17 gol.
Jumlah itu bahkan kalah banyak dari koleksi seorang Gonzalo Higuain di Napoli (20 gol).
Jumlah 17 gol dari lini serang Inter terbagi menjadi kontribusi Icardi (8 gol), Jovetic (4), Adem Ljajic, Ivan Perisic (2), serta Jonathan Biabiany (1).
Data lebih mengkhawatirkan dan berbahaya bagi Inter adalah soal peluang mereka meraih scudetto. Berdasarkan analisis jurnalis Italia, Mario Sconcerti, gejala minimnya gol membuat Inter tak boleh berharap terlalu banyak untuk meraih gelar.
Nerazzurri cuma mencetak rata-rata 1,25 gol per partai. Bandingkan dengan sang pemuncak klasemen sementara, Napoli, yang mencatat dua gol per gim.
Sejak kompetisi Serie A menggunakan format 20 tim pada 2004-2005, tak pernah ada tim juara yang mencatat rasio gol di bawah 1,8 buah per partai.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | Football Italia, corriere.it |
Komentar