Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tulehu Buka Mata dan Hati Pecinta Sepak Bola Tanah Air

By Jumat, 25 Desember 2015 | 13:20 WIB
Anak-anak Tulehu bersama dua jebolan desa tersebut, Alvin Tuasalamony dan Hasyim Kipuw yang sudah memperkuat timnas Garuda sejak junior
DEDE ISHARRUDIN/BOLA
Anak-anak Tulehu bersama dua jebolan desa tersebut, Alvin Tuasalamony dan Hasyim Kipuw yang sudah memperkuat timnas Garuda sejak junior

Pada saat sepak bola nasional dicampuri urusan kepentingan atau putaran kompetisi yang cuma mengejar kepuasan sesaat serta rating televisi. Ada baiknya, kita alihkan mata dan hati ke Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

Di lapangan sepak bola berumput jarang di desa adat yang letaknya 25 kilometer sebelah timur laut Kota Ambon itu, sebuah harapan tak pernah berhenti ditanamkan.

Di lapangan Matawaru yang dikelilingi pemakaman muslim dan perkampungan warga, serta tak ketinggalan sapi berikut kotorannya bertebaran di sudut-sudut lapangan, tumbuh subur hasrat dari anak-anak Tulehu untuk menjadi pemain sepak bola.

Ada tiga sekolah sepak bola (SSB)yang aktif dan menjadi jembatan mimpi anak-anak berusia 9 hingga 17 tahun, yakni Tulehu Putra,Maehanu FC, dan Persenal FC.


Para penjaga tradisi, Rafi Lestaluhu, Sofyan Lestahulu, Mustadi Lestaluhu, dan Sani Tawainella(DEDE ISHARRUDIN/BOLA)

Tiga SSB itu menjadi sarana agar mereka bisa mengikuti jejak para pemain tim nasional asal desa itu, seperti Imran Nahumarury, Rachel Tuasalamony, Ramdhani Lestaluhu, Alfin Tuasalamony, Chairil Anwar Ohorella, Hendra Adi Bayau, Hasyim Kipuw, dan Rizky Sanjaya Pellu.

"Meski Desa Tulehu baru dikukuhkan sebagai kampung sepak bola pada Februari 2015, sejarah sepak bola di desa ini sudah lama sekali. Sejak dahulu tertanam hasrat dan tradisi bahwa anakanak desa ini harus bisa menjadi pesepak bola," tutur Sani Tawainella, pendiri SSB Tulehu Putra.

Sani adalah mantan pemain yang pernah memperkuat timnas Indonesia U-15 di Turnamen Pelajar Asia 1996 di Brunei Darussalam.

Saat kerusuhan di Ambon pecah tahun 1999, Sani yang pertama kali mengajak anak-anak Desa Tulehu untuk berlatih sepak bola di Matawaru. Awalnya tindakan Sani itu kurang mendapat respons.


Para pemain belia SSB Tulehu Putra berlatih mendribel dalam lingkaran sempit demi mengasah skill memainkan si kulit bulat.(DEDE ISHARRUDIN/BOLA)

Namun, seiring berjalannya waktu, bermain sepak bola di Tulehu menjadi tradisi. Jadi, sepak bola yang dibangun di Tulehu bukan karena gen, tapi tradisi yang dalam waktu singkat bisa tumbuh dengan kuat.

Saking kuatnya tradisi tersebut, anak-anak kecil di Tulehu sudah sering digendong orang tuanya untuk menonton sepak bola di pinggir lapangan.

Bahkan pada saat upacara akikah bayi laki-laki di Tulehu, warga harus melengkapinya dengan rumput dari lapangan Matawaru.


Alvin Tuasalamony, berharap Desa Tulehu mendapat atensi lebih dari pemerintah(DEDE ISHARRUDIN/BOLA)

Jadi, jangan heran jika sepanjang jalan masuk Tulehu dan di depan rumah warga terdapat kostum, celana, kaus kaki, sepatu bola, dan bola yang dijemur.

"Kami senang dianggap PSSI sebagai kampung sepak bola. Namun, kami butuh lebih darisekadar julukan. Kami ingin jugaagar diperhatikan dan mendapatdukungan nyata. Salah satunya,pagar disekeliling lapangan agar sapi-sapi tidak berkeliaran dilapangan Matawaru," kata Sani.


Selain anak-anak berusia 9 hingga 17 tahun, sapi beserta kotorannya menjadi pemandangan biasa di lapangan Matawaru.(DEDE ISHARRUDIN/BOLA)

Sebuah permintaan sederhana. Tak hanya bagi Maluku, meskipun masih berada di posisi empat besar daerah termiskin di Nusantara, tetapi juga bagi Kemenpora yang pada tahun 2016 mendapat anggaran sebesar Rp3,3 triliun.

Maukah kita membuka mata dan hati untuk Tulehu, atau pula daerah-daerah lain yang memiliki potensi untuk memajukan olah raga kita?

Penulis: Dede Isharrudin

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.646


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X