Semua tim, termasuk Pusamania Borneo FC, tentu menggebu-gebu ingin memboyong trofi Piala Jenderal Sudirman. Namun, sialnya hasil undian menempatkan mereka di Grup E, yang kerap disebut grup neraka karena diisi oleh tim papan atas Indonesia, seperti Arema Cronus, Persipura, dan Surabaya United.
“Tentu kami harus melalui babak delapan besar lebih dulu dengan target meraih dua kemenangan pertama,” ujar pelatih Pusamania Borneo FC, Kas Hartadi.
Selama menjalani babak 8 besar, ia selalu merendah. Bahkan, mantan pemain nasional itu menyebut semua pesaingnya sebagai tim bermental juara.
Pusamania yang berstatus juara Divisi Utama memang terlihat kalah mentereng ketimbang pesaingnya. Namun, mereka sukses menggilas lawan - lawan dengan skor 2-1 kontra Surabaya United dan memenangi adu pinalti dengan skor 5-4 kontra Persipura.
Tangan ajaib Kas membuat Pusamania mampu bersaing dengan jajaran klub raksasa Indonesia. Sikap merendah yang ditunjukkannya bak virus yang mampu membuat lawan mereka sempoyongan.
Rencana Kas di babak delapan besar berjalan mulus. Galih Sudaryono dkk. mampu mengatasi tim-tim kuat dengan memenangi dua laga pertama.
Mantan pelatih Sriwijaya FC itu juga bisa dibilang nekat. Saat menghadapi Surabaya United, ia memutuskan untuk mengganti Herman Dzumafo dengan Jajang Mulyana. Padahal, saat itu Pesut Etam tengah membutuhkan gol.
Dikeluarkannya Dzumafo dari laga tersebut, menurut Kas, dapat mempertahankan permainan anak-anak Pusamania, yang tengah mendominasi pertandingan.
“Pergantian sengaja dilakukan karena saya ingin memperkuat pertahanan dan tetap menguasai permainan,” tutur dia.
Permainan Pusamania memang lebih efektif. Transisi dari menyerang ke bertahan, maupun sebaliknya, berjalan dengan baik. Lebih dari itu, mental bertanding tim memang sudah teruji.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar