Kesuksesan Golden State Warriors menjuarai kompetisi NBA musim 2014-2015 bukan akhir dari rentetan cerita Cinderella yang diperankan oleh Steph Curry dkk.
Dengan kemenangan melawan Indiana Pacers, 9 Desember lalu, berarti Warriors berhasil mencetak rekor baru NBA dengan memperoleh rekor 23 kemenangan beruntun tanpa kekalahan sejak dimulainya musim 2015-2016.
Bila ditotal dengan tiga kemenangan beruntun pada final tahun lalu, Dubs (nama panggung Golden State Warrriors) berhasil mencetak 26 kemenangan beruntun.
Rekor ini hanya kalah dari LA Lakers pada musim 1971-1972 di bawah kepemimpinan Wilt Chamberlain dengan 33 kemenangan beruntun.
Kedigdayaan Warriors tidak lain dikarenakan oleh kerjasama tim yang begitu kental dan sosok Steph Curry yang mampu menjadi faktor "X" dalam setiap momen-momen krusial timnya.
Kemampuan menembak dari luar perimeter tiga poin Curry dan Thompson, sebagai duet splash brother, tidak dapat diragukan lagi.
Sementara itu, Draymond Green sudah membukukan dua kali triple double musim ini (dobel digit dalam tiga stats yaitu poin, rebound dan assists). Ia juga begitu banyak membantu duet tersebut dalam melakukan ‘pekerjaan kotor’ di dalam paint area.
Keunggulan lain dari Golden State adalah pace mereka yang begitu cepat dalam perubahan dari skema pertahanan menjadi penyerangan.
Dengan memiliki unit kedua seperti Harrison Barnes, Shaun Livingston, dan Mareese Speight yang punya kemampuan counter attack sangat baik dalam transisi, Warriors menjadi tim dengan rating offense terbaik dan pace di nomor empat untuk musim ini.
Raksasa Tertidur
Ketika semua media sibuk menyoroti bagaimana performa dan rekor Warriors, tim yang selalu tidak terjangkau media, yakni San Antonio Spurs, tidak ketinggalan dalam mencetak rapor yang baik. Dengan rekor 17-4, Spurs menjadi tim dengan rata-rata pertahanan nomor satu sejauh ini.
Tipikal permainan yang ditunjukkan oleh tim asuhan Gregg Popovich ini adalah berkebalikan dari Warriors.
Tim Duncan dkk bermain dengan tempo yang lambat dan cenderung mengandalkan pemain berukuran besar seperti Tim Duncan dan superstar baru mereka, LaMarcus Aldridge, juga David West yang duduk di bangku cadangan.
Dengan memaksimalkan potensial Menara Kembar dalam sosok Duncan dan Aldridge, Popovich sukses membuat Spurs menjadi tim yang kebobolan paling sedikit dari perimeter tiga poin dalam musim ini, tempat di mana para penembak jitu Warriors kerap memberikan masalah kepada lawan-lawannya.
Potensi Kawhi Leonard dalam bertahan pun sudah tidak dapat diragukan lagi. Sukses menjinakan LeBron James dalam dua musim ke belakang, pemuda ini mampu membuktikan bahwa kemampuannya dalam bertahan bukan sebatas one year wonder.
Spurs masuk enam besar tim yang memperolah total block dan steal terbanyak sejauh musim ini bergulir.
Dengan kata lain, San Antonio Spurs adalah tim yang memiliki pendekatan 180 derajat berbeda dengan Warriors. Mereka fokus pada pertahanan yang kuat, memperlambat tempo penyerangan, dan mencetak angka lewat kekuatan pemain bertubuh besar.
Pepatah menyebutkan bahwa penyerangan yang baik akan memenangi permainan, namun pertahanan yang baik akan menjuarai liga.
Kita lihat apakah benar San Antonio yang mampu mematahkan rekor Warriors? Ataukah sebelum mereka bertemu ada tim NBA lain yang mampu menjinakan Klay Thompson dkk?
Kita harus bersabar menunggu hingga 26 Januari untuk menyaksikan kedua tim ini beradu di lapangan.
(Penulis: Edward Satria)
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | - |
Komentar