Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Manchester United, Tim yang Tidak Tahu Arah

By Sabtu, 26 Desember 2015 | 13:15 WIB
Pelatih Man United, Louis van Gaal, meninggalkan lapangan setelah kekalahan 1-2 kontra Norwich di Old Trafford pada 19 Desember 2015 di Old Trafford.
ALEX LIVESEY/GETTY IMAGES
Pelatih Man United, Louis van Gaal, meninggalkan lapangan setelah kekalahan 1-2 kontra Norwich di Old Trafford pada 19 Desember 2015 di Old Trafford.

Ketika pada awal musim Manchester United ditaklukkan Swansea City 1-2, kata maaf masih bisa dimaklumi. Namun, saat kompetisi sudah berada di paruh musim, kekalahan dari tim sekelas Norwich City rasanya sudah tidak relevan lagi untuk diberikan kata maaf.

Apalagi, kekalahan United ditelan saat bermain di kandang sendiri, Stadion Old Trafford. Setback dari Norwich juga merupakan hat-trick kekalahan yang dialami United sepanjang bulan Desember.

Bermula dari Wolfsburg di ajang Liga Champion, berlanjut menelan dua kekalahan di kancah Premier League dari dua tim yang selama ini tak pernah sedikit pun dilirik United: Bournemouth dan Norwich.

Tak hanya para legenda, suporter klub lain pun sudah keheranan ke mana langkah yang akan diarahkan sebenarnya oleh Manajer Louis van Gaal. United adalah tim yang tak tahu arah.

Padahal, Van Gaal sudah memasuki musim kedua bersama Setan Merah. Banyak hal yang disorot selama United berada di tangan Van Gaal.


Bomber Manchester United, Anthony Martial, tampil pada laga Liga Champions kontra CSKA Moskva di Stadion Old Trafford, 3 November 2015.(Matthew Ashton/Getty Images)

Dimulai dari dana besar yang telah dikeluarkan United, namun kenyataannya tak ada perubahan signifikan yang dihasilkan setelah Setan Merah terpuruk pada masa manajerial David Moyes.

Selama 18 bulan menduduki jabatan di Old Trafford sejak bulan Mei 2014, setidaknya sekitar 250 juta pound digelontorkan LvG untuk membeli pemain baru.

Puncaknya pada akhir bursa transfer 2015, United membeli Anthony Martial, yang baru berusia 19 tahun, dengan harga fantastis senilai 35 juta pound.

Pada musim 2015-2016, United sudah tersisih di ajang Piala Liga Inggris serta gagal lolos ke fase 16 besar Liga Champion. Di Premier League, Setan Merah mulai keluar dari 4 besar, yang merupakan zona ke Liga Champion musim depan.

Dalam kondisi ini rasanya tidak akan banyak yang bersedih jika kontrak Van Gaal tiba-tiba diputus di tengah jalan, seperti yang telah dilakukan Chelsea terhadap Jose Mourinho.

Membosankan

Semuanya memang telah berubah jika dibandingkan dengan United pada masa kejayaan. Jika kini Setan Merah disebut sebagai tim yang tak tahu arah, sepertinya bukan omong-kosong.

Pembelian Bastian Schweinsteiger, yang sudah berusia 30 tahun, dianggap kesalahan besar.

Faktor usia menjadi kendala untuk bertarung di sektor tengah yang berat di Premier League.

United seperti tak pernah menemukan sumbat yang tepat untuk menutup kebocoran di lini belakang.

Kiper sefantastis David de Gea pun harus menyerah. Semakin parah ketika pemain sekelas Luke Shaw, Marcos Rojo, dan Matteo Darmian cedera.

Di lini tengah, Van Gaal seperti lupa bagaimana menggunakan sayap serang serta mengeksploitasi striker kedua. United hanya piawai memenangi penguasaan bola, namun bukan memenangi laga.


Striker Bournemouth, Joshua King, merayakan golnya ke gawang Man United di Vitality Stadium pada Sabtu (12/12/2015)(ADRIAN DENNIS/AFP)

Filosofi pass and move ala United sudah lenyap. Hal inilah yang membuat United pada musim ini disebut sebagai tim membosankan.

Pemain United lebih sering membelakangi ketimbang menghadap ke gawang lawan untuk melakukan tekanan dan mencetak gol. Mereka jadi disebut memiliki sindrom takut gawang.

Kesulitan United mencetak gol antara lain disebabkan karena terlalu hati-hati dalam bermain, terlalu banyak mengoper, namun minim tendangan serta tak efektif.

Striker Wayne Rooney dalam usia 29 tahun seperti sudah menjadi lelaki jompo, sementara Martial tidak juga menemukan kestabilan penampilan.

Sampai Desember 2015, belum ada pemain United yang masuk dalam daftar 20 pencetak gol terbanyak Premier League 2015-2016.

Sisi motivasi di lapangan juga memprihatinkan. Van Gaal terlihat lebih banyak duduk di bangku pelatih ketimbang turun ke pinggir lapangan "membakar" pemain lewat instruksi saat bertanding.

Penulis: Dedi Rinaldi

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.646


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X