Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Teka-teki Berlian Bosnia Milik Roma

By Minggu, 13 Desember 2015 | 12:15 WIB
Edin Dzeko, kontribusinya masih minim bagi Roma seperti saat melawan Atalanta di Stadio Olimpico, Roma, 29 November 2015.
PAOLO BRUNO/GETTY IMAGES
Edin Dzeko, kontribusinya masih minim bagi Roma seperti saat melawan Atalanta di Stadio Olimpico, Roma, 29 November 2015.

Sepanjang pekan kemarin, pendukung Roma dibuat resah. Sumber kegundahan mereka bukan hanya karena performa tim yang menurun drastis.

Roma menguasai puncak klasemen Serie A 2015-2016 pada giornata 9-10.

Setelah itu, hentakan mesin mereka mengendur. Dalam lima pertandingan selanjutnya, I Lupi cuma mendulang lima angka dari kemungkinan maksimal 15 keping yang bisa didapatkan.

Artinya, pasukan Rudi Garcia hanya mengemas sepertiga dari total poin yang tersedia! Dampaknya jelas. Jarak Roma dari puncak klasemen melebar menjadi lima angka.

Berada di posisi keempat, I Giallorossi sudah mulai dihantam topik krisis mini. Kondisi tambah genting karena Juventus terus mengikis jarak menjadi cuma satu angka di bawah Roma.

[video]http://video.kompas.com/e/4649552993001_ackom_pballball[/video]

Presiden James Pallotta dan Garcia kecewa berat.

"Jangan bertindak seperti sebuah tim hebat karena kalian terlalu ketakutan." Begitu pesan Garcia kepada anak asuhnya usai diimbangi Torino 1-1 akhir pekan lalu.

Peramu taktik asal Prancis itu mengeluhkan ketidakmampuan pasukannya menghabisi lawan dengan modal ketajaman. Roma musim ini terkenal dengan kekuatan serangan mereka, walau pertahanannya rapuh.

Namun, saat memasuki periode sulit ini, bukan cuma lini depan yang rentan dibobol. Taring Sang Serigala di lini depan juga ikut-ikutan ompong.

Saat melawan Torino, Roma tak melepas satu pun tembakan pada kurun 45 menit awal. Kondisi tersebut baru pertama kali dialami I Lupi musim ini.

Gol mereka terlahir beberapa menit sebelum laga usai, itu pun lewat situasi bola mati berkat tendangan bebas Miralem Pjanic.

Situasi tersebut terjadi sepekan setelah Roma gagal mencetak gol untuk pertama kalinya di kandang musim ini karena ditekuk Atalanta 0-2.

[video]http://video.kompas.com/e/4647614980001_ackom_pballball[/video]

Kangen Predator

Menjadi wajar apabila lini depan mereka menjadi sorotan. Kritik lebih spesifik mengarah kepada Edin Dzeko.

Penyerang jangkung yang direkrut dari Manchester City musim panas lalu itu belum kunjung memenuhi harapan tifosi, yang kangen terhadap sosok predator penjamin lahirnya 20 gol semusim.

Acuan pendukung Roma akan figur idaman tersebut tetap Gabriel Batistuta. Eks striker subur Argentina itu mengukir 20 gol dalam 28 partai guna mengantar Roma meraih scudetto 2000/01.

Ketika pertama kali tiba di Roma, Dzeko langsung disambut antusiasme tinggi.

Namun, harapan tersebut belum terjawab sejauh ini. Jangankan mencetak dua digit gol, pria Bosnia-Herzegovina itu baru menjebol gawang musuh tiga kali dalam 13 penampilan.

Dari tiga gol itu, dua di antaranya cuma terlahir dari eksekusi penalti. Usaha Dzeko sebenarnya tak kurang. Koleksi tembakannya merupakan yang terbanyak di Roma.

Jumlah rataan tembakan Dzeko sebanyak 3,2 upaya per partai juga termasuk lima besar di Serie A. Bagaimana dengan sokongan rekan setim?

Sosoknya yang menjulang menjadikan Dzeko referensi penting jika tim mengandalkan pasokan umpan lambung langsung ke lini depan.

Meski perannya sebagai target man, striker berjulukan Bosanski Dijamant alias Berlian Bosnia itu relatif tidak egoistis. Terbukti dari sumbangan assist yang sudah ia berikan buat rekannya.


(GRAFIS: ANDREAS JOEVI/FOTO: GETTY IMAGES)

Masalahnya, Dzeko juga masih sering melakukan kesalahan personal. Frekuensi kegagalannya mengontrol dan menguasai bola merupakan yang tertinggi di skuat Roma saat ini.

Hal itulah yang membuat dirinya masih seperti bagian teka-teki besar bagi pelatih di balik kemunduran performa tim.

Sang Berlian harus segera menemukan kilaunya mengingat laga krusial melawan sesama kandidat juara sudah menunggu. Minggu (13/12/2015), Roma bertandang ke markas Napoli.

"Roma salah satu tim terkuat. Mereka punya kualitas baik, tapi tidak tampil bagus. Saya tak tahu masalah mereka sebenarnya. Saya melihat tim yang terpecah dan kehilangan identitas," ujar Benito Carbone, pengamat sepak bola dan eks pemain, kepada Inter Channel.

Penulis: Beri Bagja

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.644


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X