Striker FC Tokyo, Nathan Burns, menilai karakteristik permainan di Liga Jepang (J League), Liga Korea Selatan (K League), dan Liga Australia (A League) berbeda.
“K League dan A League lebih mengandalkan fisik. Sedangkan di sini, J League, tim-tim mengandalkan teknik,” ucap Burns seusai latihan FC Tokyo di Koto, Jumat (4/12/2015).
Burns merupakan pemain yang berpengalaman di tiga liga teras Asia itu. Musim lalu, dia merupakan pemain terbaik Wellington Phoenix dan menjadi bagian dari Tim A League 2014-2015.
Sebelum menjadi pemain Phoenix, penyerang kelahiran 7 Mei 1988 itu pernah mengenyam K League bersama Incheon United antara 2012 dan 2014. Namun, saat itu dia hanya bermain 3 kali lalu dipinjamkan ke Newcastle Jets.
“Dari 3 liga itu, saya terkesan dengan antusiasme suporter di J League. Mereka sangat riuh,” kata mantan pemain AEK Athena itu.
"Antusiasmenya pun besar. Terbukti, saat latihan seperti ini, kami ditunggu oleh suporter yang meminta tanda tangan, foto bareng, atau sekadar memberikan hadiah,” ucapnya lagi.
Dari pengamatan JUARA.net, antusiasme suporter di tempat latihan FC Tokyo memang cukup tinggi. Mereka rela menahan udara dan terpaan angin dingin demi bisa menyerahkan sesuatu kepada pemain idolanya.
Hadiah dari suporter itu pun beragam, mulai dari kaos, parfum keluaran desainer Prancis, hingga boneka. Hal ini berlangsung setiap FC Tokyo, dan tim-tim J League lain, latihan.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | juara.net |
Komentar