Hasil imbang dengan West Bromwich Albion pada pekan lalu sebenarnya layak ditangisi oleh Liverpool. Namun, pada sisi lain ada kegembiraan yang mencuat, yaitu Stadion Anfield kembali bising dengan dengungan yang membahana.
Kebisingan mendorong atmosfer di Anfield terasa begitu bergairah. Sampai-sampai Manajer Jurgen Klopp harus mengucapkan terima kasih kepada para suporter karena telah kembali menciptakan atmosfer luar biasa di Anfield.
"Ini adalah atmosfer terbaik sejak saya di sini. Saya sangat menikmatinya. Tak tahu apakah hal ini normal di Inggris, tapi saya ingin berterima kasih," kata pelatih asal Jerman tersebut.
Sebagai bentuk terima kasih dan rasa senangnya, Klopp mengajak para pemain Liverpool untuk berbaris dan menghampiri tribun The Kop sesaat setelah peluit tanda pertandingan usai berbunyi.
[video]http://video.kompas.com/e/4659971310001_ackom_pballball[/video]
Sejak awal kedatangan ke Liverpool, Klopp memang tak berhenti mempertanyakan atmosfer di Anfield.
Kepala Klopp agaknya sudah penuh dengan rekaman sejarah tentang betapa riuhnya Stadion Anfield sebelum kedatangannya ke Liverpool.
Namun, yang didapatkannya justru berbeda sehingga Klopp sempat mengkritik mengapa atmosfer Anfield di luar dugaannya. Menurut Klopp, keriuhan Anfield sekarang dianggapnya terlalu biasa untuk klub sebesar Liverpool.
Saat bertemu West Brom, penantian Klopp seperti terjawab. Ia pun berharap keriuhan tersebut akan terus berlanjut.
Apalagi, dalam pertandingan kandang berikutnya pada Boxing Day (26/12/2015), Anfield akan kedatangan tamu yang tengah naik daun, yaitu Leicester City.
Namun, sebelum melakoni laga Boxing Day, Liverpool harus bertamu dulu ke kandang Watford.
Klopp berharap timnya bisa meraih angka penuh agar saat bermain di Anfield menghadapi Leicester, atmosfer akan benar-benar menggila.
Power of the Crowd
Media Inggris pernah menyebut Stadion Anfield sebagai “the power of crowd” alias pusat keriuhan.
Sementara itu, Manajer Chelsea, Jose Mourinho, lebih suka menyebutnya sebagai "the power of Anfield Road” dan dirinya tak akan pernah lupa dengan sengatan kekuatan tersebut.
Pada babak semifinal Liga Champion 2005, Mourinho datang ke Anfield membawa Chelsea dengan perhitungan matang dan materi pemain luar biasa. Namun, ada satu hal yang tidak diperhitungkan olehnya, yaitu kekuatan penonton.
Kekuatan Anfield dengan keriuhan dan atmosfernya luput dari perhatian Mourinho dalam mempersiapkan kunjungan The Blues ke Anfield.
Begitu pertandingan dimulai, Chelsea dibuat shock. Kaget dengan kerasnya suara, kaget dengan keinginan dan harapan yang begitu besar dari penonton di Anfield terhadap Liverpool.
Saat itu 40.000 penonton, yang terus bernyanyi dan berteriak, menjadi kekuatan besar di belakang Liverpool.
"Liverpool punya empat lapis pertahanan, tiga lapis di lapangan dan lapisan terakhir adalah 40 ribu penonton di stadion," begitu kisah yang tertulis.
Suara penonton di Anfield dalam pertandingan tersebut mencapai 119,8 desibel.
Catatan ini merontokkan rekor 107 desibel saat Liverpool menjamu Wolverhampton pada 1990.
Sebelumnya, rata-rata tingkat kebisingan pencinta Liverpool di Anfield, termasuk saat menyanyikan lagu wajib You'll Never Walk Alone, mencapai 87 desibel.
Tingkat kebisingan yang mencapai 119,8 desibel saat Liverpool kontra Chelsea tersebut tercatat sedikit lebih rendah dari rekor dunia, yaitu suara penonton Millennium Stadium di Cardiff dalam laga final Piala Carling antara Chelsea-Liverpool yang mencapai 131 desibel.
Artinya, suara bising pendukung Liverpool hanya sedikit lebih rendah dari sebuah pesawat turboprop saat lepas landas (140).
Dampak dari atmosfer kegairahan dan kebisingan tersebut ialah Chelsea tumbang dan meloloskan Liverpool ke partai final Liga Champion di Istanbul Turki.
Penulis: Dedi Rinaldi
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.645 |
Komentar