Meski sempat ternoda kekalahan dari Athletic Bilbao di Supercopa de Espana, awal musim 2015-16, tahun 2015 tetap layak dilabeli sebagai tahun milik Barcelona.
Kekalahan dari Los Leones dalam drama dua leg itu mungkin hanya satu dari segelintir hasil negatif yang dicatat Barcelona sepanjang tahun 2015. Namun, cukup untuk menghalangi mimpi Luis Enrique menyamai prestasi Pep Guardiola dengan raihan dengan raihan sixtuple (enam gelar) pada 2009.
Kendati demikian, Barcelonistas tetap akan mengingat tahun 2015 sebagai tahun yang sama istimewanya dengan tahun 2009. Beberapa faktor menjadi alasan. Superioritas atas Real Madrid, rival abadi mereka, ialah salah satunya. Maklum, sepanjang tahun ini, Barca jauh mendominasi Si Putih.
Dalam 34 pekan La Liga yang dimainkan sejak Januari hingga akhir pekan kemarin, Barca sukses mengoleksi 86 poin, sedangkan jumlah poin Madrid ialah 74.
Dari perspektif MSN versus BBC, pada saat trio maut Barca berwujud Lionel Messi, Neymar, dan Luis Suarez itu mencetak 117 gol, kerjasama Gareth Bale, Karim Benzema,dan Cristiano Ronaldo cuma bisamengemas 52 gol. Ya, berselisih 65 gol!
“Mereka bertiga tampak luar biasa bagus. Namun, yang sangat menyita atensi saya ialah bagaimana tiga superstar dalam diri Luis Suarez, Neymar, dan Lionel Messi bisa menyatu dengan begitu padu. Sangat nikmat menyaksikan mereka, bahkan sangat mengagumkan,” begitu pengakuan Diego Simeone,pelatih Atletico Madrid, seperti dikutip Marca.
Khusus pada musim 2015/16, catatan MSN berada di angka 35 gol, sedangkan BBC meraih 22 gol. Namun, Barca memainkan tiga partai lebih banyak (dua leg Supercopa dan satu Piala Super Eropa) dan meraih empat gol sehingga padajumlah laga yang sama, koleksi MSN menjadi 31 gol berbanding 22 gol milik BBC.
Dari perspektif MSN versus BBC, pada saat trio maut Barca berwujud Lionel Messi, Neymar, dan Luis Suarez itu mencetak 117 gol, kerjasama Gareth Bale, Karim Benzema,dan Cristiano Ronaldo cuma bisamengemas 52 gol. Ya, berselisih 65 gol!
Yang membuat agak janggal ialah gelontoran 31 gol itu bukan menahbiskan nama Messi sebagai kolektor terbanyak. Pencetak gol terbanyak Barca di La Liga justru Neymar. Dengan 12 golnya, kapten Brasil itu unggul satu gol atas Suarez dan empat gol atas CR7.
Gol terakhir Neymar lahir di Santiago Bernabeu. Memang, penghormatan spesial diarahkan publik Los Blancos ke arah Andres Iniesta berkat kemampuannya mengatur ritme indah Barca. Akan tetapi, di laga sebelumnya kontra Villarreal, Neymar mendapat sorakan istimewa dari seisi Camp Nou.
Tanpa Messi
“Neymar. Neymar. Neymar,” begitu puluhan ribu pendukung Azulgrana meneriakkan nama idola baru mereka, yang baru mencetak gol spektakuler ke gawang Villarreal. Teriakan yang selama ini praktis hanya untuk Messi, Iniesta, dan Xavi. Sebuah bukti nyata bahwa popularitas Neymar sudah mulai disejajarkan dengan para legenda hidup klub.
“Untuk saat ini, Neymar sudah mulai menyalip Ronaldo,” ujar Albert Masnou, jurnalis Sport,harian olah raga yang berbasis di Barcelona.
“Pada saat Ronaldo memasuki masa suram dan merasa tak nyaman bersama klub maupun pelatihnya, Neymar justru mulaimenjadi sosok integral bagi Barca.
”Dari perspektif catatan pribadi dalam rentang usia yang sama, Neymar memang sudah melampaui sejumlah koleksi milik Ronaldo, bahkan Messi. Neymar unggul dari jumlah maupun rata-rata gol. Melawan Ronaldo, Neymar juga sudah unggul dari aspek koleksi trofi .
Akan tetapi, yang paling ramai dibicarakan saat ini ialah kemampuannya dalam mengambil alih peran pemimpin tim pada saat Messi absen.
“Neymar tak bergabung dengan Barcelona untuk menyaingi Messi, tapi untuk menjadi penerusnya. Ia manjadi raja selama dua bulan terakhir, tapi ia tahu pada saat Messi kembali, pemimpin Barca adalah Messi,” tutur Masnou.
Neymar tak pernah mencoba merebut mahkota Messi. Tak seperti Zlatan Ibrahimovic atau David Villa saat berbaju Barca dan akhirnya terdepak.
Neymar “rela” menjadi penyuplai bagi Messi dan berada di bawah bayang-bayang sang bintang Argentina. Bahkan saat dirinya bermain lebih baik ketimbang Messi sekalipun.
Buktinya bisa dilihat dari kemampuannya untuk mengamuk dan mencatat statistik lebih baik pada saat Messi absen, ketimbang pada saat merumput bersama La Pulga. Ya, Neymar bak seorang pangeran, yang dengan sabar menanti jatahnya menjadi raja.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.642 |
Komentar