Pada Desember 2011, Maurizio Sarri dipecat oleh Sorrento, klub Lega Pro Prima atau kompetisi level ketiga di Italia. Nyaris empat tahun kemudian, ia membawa Napoli ke puncak klasemen Serie A.
Latar belakang Sarri, yang lebih sering menukangi klub-klub divisi bawah, membuatnya kerap dipandang sebelah mata. Kritik pedas sudah muncul pada awal musim ini dari legenda terbesar Napoli, Diego Maradona.
"Sarri tidak layak melatih Napoli. Dia seperti mendapatkan hadiah besar dengan berada di kursi pelatih," ucapnya pada September.
Kritik Maradona muncul karena Napoli cuma meraih dua poin dari tiga pekan perdana, tanpa kemenangan, dan "stabil" di posisike-14. Hanya butuh waktu dua bulan bagi Sarri guna membuat sang legenda mengoreksi ucapannya.
Setelah merevisi taktik utama dari 4- 3-1-2 ke 4-3-3, penerus Rafa Benitez mulai Juni lalu itu membawa Napoli meroket.
[video]http://video.kompas.com/e/4638433421001_ackom_pballball[/video]
Sejak pekan keempat, Azzurri tak terkalahkan, memetik sembilan kemenangan, dan cuma kebobolan tiga gol dalam 11 partai liga! Sarri juga membawa Napoli lolos ke tahap gugur Liga Europa dengan rapor sempurna, selalu menang dalam lima partai fase grup.
La Gazzetta dello Sport sampai melabelinya "Sarri Potter" karena dianggap menunjukkan sihir layaknya tokoh fiksi Harry Potter karya novelis J.K. Rowling.
Seimbang
Puncak pertama pencapaian Sarri ialah mengantar Napoli sebagai pemimpin klasemen tunggal Serie A untuk pertama kali sejak 1989/90. Kala itu, I Partenopei merengkuh scudetto terakhir bersama Maradona.
Sarri bisa dibilang punya modal lengkap gua mengikuti jejak skuat legendaris 25 tahun silam. Jika patokannya hasil dalam 14 pekan awal musim, Napoli 2015-16 (9 menang-4 seri-1 kalah) sedikit lebih baik dari skuat 1989-90 (8-6-0).
Marek Hamsik cs. juga amat seimbang. Mereka punya predator tersubur di liga, Gonzalo Higuain (12gol), dan secara keseluruhan menjadi tim tertajam ketiga (26) setelah Roma (29) dan Fiorentina (27). Di belakang, Napoli dan Inter berstatus pemilik pertahanan terbaik karena baru kebobolan sembilan kali.
[video]http://video.kompas.com/e/4638190248001_ackom_pballball[/video]
Kelayakan I Vesuviani sebagai calon kuat juara sudah tampak pula pada superioritas rekor duel sesame tim besar. Dalam putaran I musim ini, tinggal Roma yang belum mereka kalahkan. Meski semua faktor tampak memihak Sarri, ia tak mau terlena.
"Kami baru punya 31 poin. Jumlah itu bahkan belum cukup membuat tim terhindar dari degradasi. Saya bukan pemimpi dan para pemain tahu kaki mereka harus tetap memijak bumi," ucap mantan karyawan bank itu kepada Gazzetta.
Penulis: Beri Bagja
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar