Seusai kemenangan besar 4-1 atas Internazionale di Giuseppe Meazza pada akhir September, pelatih Fiorentina, Paulo Sousa, sudah mengingatkan bahwa masa-masa sulit ada di depan mata.
Saat itu La Viola tengah berada di puncak klasemen Serie A, untuk pertama kali di abad ini. Ucapan Sousa terbukti. Dua periode sulit dihadapi La Viola.
Pertama terjadi pada pertengahan Oktober, ketika mereka kalah di tiga partai beruntun di semua ajang dengan skor identik: 1-2 dari Napoli, Lech Poznan di Liga Europa, dan Roma.
Periode sulit kedua datang sepanjang akhir November. Krisis hasil ini sebetulnya tak terlalu buruk: meraih tiga hasil imbang dalam tiga laga beruntun: 2-2 kontra Empoli dan Basel (LE), serta 1-1 versus Sassuolo pada akhir pekan lalu.
[video]http://video.kompas.com/e/4638224390001_ackom_pballball[/video]
Sousa melewatkan peluang kembali ke puncak klasemen meski untuk sementara.
Hasil seri kontra Sassuolo membuat Fiorentina tetap berada di pos ketiga klasemen. Sousa punya alibi atas tren negatif belakangan ini.
Pelatih asal Portugal itu mengakui anak asuhnya tidak terbiasa harus berkompetisi ketat dalam tiga atau empat hari sekali di tiga ajang berbeda.
Baca Juga: Garis Merah antara Trapattoni, Prandelli, dan Paulo Sousa
Situasi itu membuat para pemainnya kelelahan! "Kami kelelahan. Laga melawan Basel menghabiskan begitu banyak energi, baik fisik maupun mental. Pada satu momen, pemain bahkan seperti tak mampu bekerja sama secara baik antarlini," kata Sousa di La Gazzetta dello Sport.
Alasan Sousa diamini pemainnya. Mereka mengakui bertarung di Serie A, Coppa Italia, dan Liga Europa secara bersamaan membutuhkan banyak energi atau dengan kata lain sumber daya pemain alias tim yang gemuk untuk rotasi.
[video]http://video.kompas.com/e/4646632633001_ackom_pballball[/video]
"Terasa sekali kami kelelahan di babak kedua. Sulit bermain tiga hari sekali, tapi kami melihat laga-laga ke depan dengan optimisme tinggi," tutur gelandang Slovenia, Josip Ilicic.
Lantas bagaimana solusi dan trik buat mengatasi kelemahan ini? La Viola sebetulnya sudah mempunyai kebiasaan bagus untuk mengatasi problem, yaitu kemampuan mereka mencetak gol cepat.
Saat ini, Fiorentina adalah tim tertajam di babak pertama dengan torehan 15 gol.
Apabila mereka bisa mencetak gol cepat, seperti ketika melawan Sassuolo, dan di sisi lain lapangan mampu mempertahankan keunggulan sampai laga usai, La Viola sudah punya solusi sendiri untuk mengatasi kelemahan dari kebiasaan.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA 2.643 |
Komentar