Dalam lembaran sejarah Italia, terdapat suatu masa yang menandakan perubahan besar-besaran dalam berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan manusia. Dunia mengenalnya dengan istilah Renaissance.
Di masa kini, kata Renaissance kerap digunakan untuk menganalogikan sebuah keadaan seseorang atau objek lain yang mengalami perbaikan alias bangkit setelah terpuruk dalam kurun waktu tertentu.
Situasi seperti ini sempat melanda Roma pada dekade 1990-an. Kepergian sejumlah pilar penentu gelar scudetto edisi 1982-83 mulai dari Carlo Ancelotti hingga Roberto Pruzzo, plus penurunan performa Bruno Conti dan Giuseppe Giannini akibat termakan usia menjadi faktor penyebab utama.
Saat Roma membutuhkan sosok agen perubahan layaknya Leonardo da Vinci atau Galileo Galilei di masa Renaissance, muncul seorang pemuda bernama Francesco Totti yang kemudian menjelma sebagai pemimpin sekaligus simbol klub.
Kendati begitu, bukan berarti Totti bisa dengan mudah meraih status tersebut. Sejak memulai debut pada 28 Maret 1993, dia mesti mengalami pasang-surut performa lantaran Roma melakukan empat kali pergantian pelatih dalam tempo empat tahun (1993-1997).
Padahal, Totti membutuhkan arahan dari pelatih guna membentuk karakter permainan serta mencapai kedewasaan dalam hal fisik dan mental. Bantuan itu baru datang tatkala Zdenek Zeman memegang komando selama dua musim (1997-1999).
Zeman menempa Totti dengan keras di setiap sesi latihan Roma. Sang pelatih menginginkan ia berkembang lebih baik dalam hal kecepatan, kekuatan fisik, keahlian menciptakan peluang bagi rekan setim, dan insting mencetak gol.
“Zeman adalah pelatih sekaligus orang yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan karier profesional serta kepribadian saya,” ujar Totti beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip dari Football-Italia.
Terlihat jelas bahwa Zeman menginginkan Totti mengemban peran sebagai playmaker atau fantasista dalam kamus sepak bola Italia yang ditandai dengan penyerahan nomor punggung 10, kepadanya. Sebelumnya, sang pemain identik dengan nomor 20 selama lima musim.
Tempaan Zeman berdampak positif bagi perkembangan karier Totti. Meski belum bisa mempersembahkan trofi bergengsi kepada Roma di pengujung 1997-98, penampilan apiknya sepanjang musim mendapatkan ganjaran berupa penghargaan Guerin d’Oro alias Pemain Terbaik Serie A versi Majalah Guerin Sportivo.
Berselang semusim kemudian, tanggung jawab Totti dalam mengembalikan derajat Roma ke papan atas semakin berat karena Zeman memercayakan ia menjabat kapten tim menggantikan Abel Balbo. Padahal, usianya saat itu baru menginjak 21 tahun.
Status kapten Roma ternyata membuat permainan Totti kian berkembang. Penghargaan individual bergengsi kembali ia kantongi di ujung kompetisi, yakni Migliore calciatore giovane atau Pemain Muda Terbaik Serie A 1999.
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA (Indra Citra Sena) |
Komentar