Pelatih Arema, Joko Susilo, mengusulkan seleksi lebih ketat untuk pemilihan pemain U-21 yang turun pada turnamen Piala Jenderal Sudirman (PJS).
"Penyelenggara harus melakukan screening untuk pemain U-21 karena sejak pendaftaran awal tidak ada pemeriksaan ketat. Bisa saja ada klub mendaftarkan pemain yang usianya lewat U-21," kata Joko.
Joko mengaku bahwa Arema hanya mengirimkan biodata semua pemain U-21 tanpa ada berkas-berkas kuat tentang identitas sang pemain.
"Tidak ada akta kelahiran atau apapun yang diminta penyelengara. Semua tim sepertinya sama. Ini sangat rentan untuk curang," imbuh media officer Arema, Sudarmaji.
Kubu Arema cukup menaruh curiga dengan kontestan lainnya. Menurut Arema, beberapa klub punya pemain muda yang secara fisik, mental, dan skill layaknya pemain berpengalaman.
"Usulan yang bisa sangat dipertimbangkan adalah screening pemain. Aturan pemain U-21 masih banyak celah dan bisa diakali oleh klub," imbuh asisten pelatih Arema, I Made Pasek Wijaya.
Jika nantinya benar-benar ada klub yang memalsukan data kelahiran pemain, sanksi berat harus diberikan, mulai dari denda sampai diskualifikasi.
Bisa jadi, usulan screening ketat ini merupakan balasan Areama atas kritik keras tentang minimnya kesempatan tanding pemain U-21 di kubu klub berjuluk "Singo Edan" tersebut.
Dua pemain U-21 Arema, Dio Permana dan Junda Irawan, selalu ditarik keluar lapangan pada menit ke-13.
Pengamat dan pelatih klub lain sempat mengkritik kebijakan Arema tersebut. Setiap tim yang bermain di PJS harus memasang dua pemain U-21 sebagai starter dalam setiap pertandingan.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | - |
Komentar