Kapten tim nasional Prancis, Hugo Lloris, tak memungkiri rasa trauma setelah serangan di Paris, Jumat (13/11/2015). Dia pun menjadikan partai kontra Inggris di Stadion Wembley, Selasa (17/11/0215), sebagai momen untuk melupakannya sejenak.
Salah satu bom meledak di luar Stade de France, tempat laga persahabatan antara Prancis dan Jerman. Suara ledakan terdengar sangat jelas pada menit ke-17 pertandingan.
Meski Prancis berada dalam status darurat nasional, pasukan Didier Deschamps tetap bertolak ke London untuk melawan Inggris. Lloris pun mengapresiasi keputusan yang diambil oleh Presiden Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) Noel Le Graet ini.
"Kami juga manusia dan memiliki keraguan antara bermain atau tidak dan pulang ke rumah. Namun, presiden mengambil keputusan terbaik," kata Lloris.
"Kami akan coba melarikan diri dari perasaan itu selama 90 menit. Ini juga menjadi kesempatan bagi kami untuk menunjukkan karakter dan berbagi momen dengan semua orang Inggris," tuturnya.
Setelah insiden tersebut, seluruh tim tetap berkumpul di Clairefontaine yang terletak sekitar 50 kilometer dari Paris. Lassana Diarra turut serta meski sepupunya, Asta Diakitie, termasuk dalam 129 korban tewas.
"Kami berbagi momen traumatis dengannya. Dia cukup bijaksana dalam menyikapinya. Saya pikir, dia hanya ingin mewakili negaranya," ujar Lloris.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Guardian, four four two |
Komentar