Ketika masih aktif di dunia kepelatihan, mendiang Vujadin Boskov terkenal sering melontarkan komentar-komentar khas. Salah satu ujarannya ialah: “Sebuah tim bermain jelek dan menang? Mereka ialah tim yang kuat!”
Komentar eks pelatih Real Madrid dan Sampdoria itu menyoroti mental juara sebuah tim, yang berupaya keras buat menang walau tampil sejelek apa pun.
La Gazzetta dello Sport membuat pelesetan yang mengaitkan ucapan Boskov dengan bekas anak asuhnya di Sampdoria (1986-1992), Roberto Mancini.
Pada Sabtu (24/10) di markas Palermo, tim asuhan Mancini, Inter, dinilai bermain jelek dan seri. Bukan menang seperti kata Boskov. Situasi itu mengartikan bahwa Inter belum punya mentalitas cukup sebagai tim juara.
“Tim Inter didesain secara buruk.” Begitu tulis Gazzetta mengenai penampilan Nerazzurri saat diimbangi Palermo 1-1.
Mancini disorot karena dinilai kebingungan menerapkan taktik. Sang pelatih kembali memakai 4-4-2 seperti yang ia coba saat menghadapi Juventus pekan lalu, tapi dengan susunan berbeda.
Dari kanan ke kiri, empat pemain tengah yang dipasang Mancini secara berturut-turut ialah Fredy Guarin, Gary Medel, Geoffrey Kondogbia, dan Ivan Perisic.
Skema itu membuat klub miskin kreativitas. Terlepas dari penampilan melempem Mauro Icardi di depan, pola permainan horizontal di lini kedua juga masih monoton.
Tak heran bila permainan Inter baru lebih baik saat Guarin dikembalikan ke tengah. Posisinya digantikan sayap ofensif alami, Jonathan Biabiany, yang menggantikan Kondogbia.
“Waktunya akan tiba saat kami menemukan formasi yang tepat guna memaksimalkan kekuatan tim ini,” kata Mancini. Jadi, kapan waktu yang dimaksud itu, mister?
Penulis: Beri Bagja
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 26 Oktober 2015 |
Komentar