Roberto Mancini membangun reputasi sebagai pelatih yang suka melihat timnya bermain ofensif. Lihat apa yang ia lakukan bersama Fiorentina, Lazio, Manchester City, atau pada periode pertamanya bersama Inter.
Seiring kematangan pengalaman sebagai pelatih, ia berani mengubah gaya bermain timnya menjadi defensif. Inter kali ini menjelma sebagai tim yang sangat solid dalam bertahan dan tidak menerapkan sepak bola terbuka.
Evolusi itu dimulai dari apa yang ia lihat dari Inter musim lalu. Sepak bola ofensif membuat tim tak seimbang sehingga mudah kebobolan.
Kini, Inter memiliki pertahanan terbaik. Dalam 12 laga, gawang Samir Handanovic cuma kebobolan tujuh kali. Tanpa menghitung hasil laga melawan Fiorentina ketika kalah 1-4, Inter berarti cuma kemasukan tiga gol dalam 11 pertandingan!
Inter menjadi tim yang kejam saat bertahan. Kejam bukan berarti kasar, tetapi sangat lugas membatasi peluang lawan.
Salah satu buktinya terlihat dari sosok Felipe Melo. Sebagai pemain dengan cap galak dan kasar, ia baru membuat 14 pelanggaran. Jumlah itu kalah jauh dari gelandang kreatif milik Palermo, Franco Vazquez, dengan catatan 36 pelanggaran.
Para gelandang sentral Inter, seperti Gary Medel, Geoffrey Kondogbia, atau Melo berperan besar dalam menyaring serangan lawan sebelum para bek harus mulai bekerja.
Baca juga:
Editor | : | Anggun Pratama |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar