Pada Minggu (15/11/2015), Erick Thohir genap melakoni dua tahun masa kepemimpinan sebagai Presiden Inter Milan.
Pada 15 November 2013, Dewan Klub Inter meresmikan Erick Thohir sebagai presiden menggantikan Massimo Moratti. Dalam perjalanan setahun berikutnya, kejadian penting lain menandai kiprah pengusaha asal Indonesia itu sebagai bos besar La Beneamata.
Pada 14 November 2014, Inter mendepak pelatih Walter Mazzarri dan menunjuk Roberto Mancini sebagai penerusnya. Ketika itu, Sang Biru-Hitam menempati peringkat kesembilan di klasemen.
Dalam waktu setahun setelah pengangkatan Mancini, Thohir cs. di kursi manajemen Inter mendapati klub mereka berada di kursi runner-up Serie A, cuma kalah selisih gol dari Fiorentina.
Pencapaian hingga pekan ke-12 musim ini membuktikan revolusi Inter pada rezim Thohir secara bertahap menelurkan kestabilan. Revolusi itu ditempuh setelah melalui empat periode jendela transfer, merekrut 25 pemain, dan menggelontorkan dana sekitar 150 juta euro guna mendandani skuat.
Arus perekrutan pemain itu diawali pembelian Hernanes pada bursa Januari 2014 sampai kedatangan Adem Ljajic di hari terakhir pembukaan transfer window musim panas 2015.
Menurut situs Calciomercato, terjadi peningkatan dua kali lipat dalam neraca pengeluaran Inter era Thohir di masa kepelatihan Mazzarri dibandingkan skuat polesan Mancini.
Dari 25 pemain yang diboyong selama dua tahun terakhir, sebanyak 9 orang di antaranya direkrut Mazzarri dengan biaya total hampir 50 juta euro. Jumlah tersebut sudah menghitung rangkaian bonus, bea pinjam, atau ongkos penebusan permanen.
Sementara itu, perekrutan 16 pemain pilihan Mancini memakan biaya pengeluaran dobel, yakni hampir sekitar 100 juta euro!
Perubahan Mental
Soal bujet individual, Mancini juga dibayar lebih tinggi dari Mazzarri. Eks arsitek Manchester City itu mengantungi gaji bersih empat juta euro per musim, lebih tinggi 500 ribu dari upah Mazzarri.
Melihat sederet komparasi tersebut, menjadi wajar apabila fan berharap Inter mengalami peningkatan performa yang pesat.
Kalau patokannya ialah hasil akhir, asa tersebut mulai terjawab. Dalam 27 pertandingan Serie A yang dilakoni Inter bersama Mancini musim lalu, mereka rata-rata meraih 1,44 poin per laga hasil dari 10 kemenangan dan 9 kali seri.
Rasio Nerazzurri membaik pada 2015-16 dengan raihan 2,25 angka per gim sampai pekan ke-12.
Faktor lain yang terlihat jelas ialah adanya perubahan mental skuat. Boleh dibilang Inter-Mancini musim lalu lebih mencoba mendapatkan hasil melalui permainan bagus di lapangan. Kondisi kini seperti berkebalikan.
Tanpa memamerkan performa memukau, Inter justru lebih konsisten mendulang angka demi angka.
"Roberto menginginkan tim kami memainkan sepak bola yang indah. Dia ingin para bek sayap ikut menekan dan gelandang menusuk ke area musuh untuk mencetak gol. Hal itu tidak mudah, tapi bisa dilakukan seiring waktu berjalan," ucap asisten Mancini di Inter, Sylvinho, kepada Tuttosport.
"Pada sektor lain, kami memperbaiki pertahanan. Mancini ialah seorang pemenang. Ia tahu apa yang dia inginkan dan pandai mengelola tim," kata mantan bek asuhan Mancini di Manchester City itu.
Rekrutan Inter di Era Roberto Mancini
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | transfermarkt, Calciomercato, Tuttosport, La Gazzetta dello Sport |
Komentar