Lebih dari tiga tahun menimba ilmu di akademi, Roma menilai Totti sudah cukup matang untuk mencicipi atmosfer Serie A. Pelatih Vujadin Boskov memberinya kesempatan debut pada menit-menit akhir pertandingan kontra Brescia, 18 Maret 1993.
Sebuah momen yang tentu saja akan selalu terkenang seumur hidup mengingat Totti, yang saat itu masih berusia 16 tahun, bermain bareng sang idola, Giannini. Situasi ini berlanjut selama puluhan kali hingga Si Pangeran memutuskan hengkang ke Sturm Graz pada musim panas 1996.
Dengan kepergian Giannini, sebagian besar fan Roma berharap Totti dapat meneruskan jejaknya. Ekspektasi semakin besar karena sang suksesor ternyata mempunyai talenta yang lebih bagus, terutama dalam hal membobol gawang lawan.
Berdasarkan kalkulasi rasio gol per laga, catatan Totti memang masih kalah tipis dari Giannini (0,15 berbanding 0,17). Akan tetapi, ia menorehkan angka tersebut hanya dalam 73 penampilan di semua ajang, sedangkan pendahulunya membutuhkan 436 partai.
Sayangnya, jalan Totti dalam mengambil alih predikat Pangeran Roma seakan terhalang oleh kehadiran Carlos Bianchi sebagai pelatih baru menggantikan Carlo Mazzone yang telah bertugas selama tiga musim (1993-1996).
Di era Bianchi, peran Totti di lini sentral terkebiri lantaran Bianchi tak menyukai gaya bermainnya. Pelatih berkebangsaan Argentina itu bahkan menuntut kepada manajemen klub agar merekrut Jari Litmanen dari Ajax Amsterdam.
Presiden Roma waktu itu, mendiang Franco Sensi, kabarnya sempat mempertimbangkan tuntutan Bianchi. Dia lantas mengundang Ajax dan satu tim lain, Borussia Monchenglabach, untuk berpartisipasi dalam turnamen uji coba bertajuk Citta di Roma.
Alih-alih memukau Sensi, Litmanen malah meredup. Sinar pemain asal Finlandia itu kalah terang dari Totti, yang justru ingin disingkirkan dan bisa dikatakan telah menjejakkan satu kaki di pintu keluar Roma menuju Sampdoria dengan status pinjaman.
Sensi langsung berubah pikiran. Sang presiden lebih memilih Totti sebagai anak emasnya kendati Bianchi melontarkan ultimatum berupa kalimat “pilih saya atau Totti”.
Ujungnya bisa ditebak. Totti tetap bertahan di Roma dan Bianchi mesti angkat kaki. Sebuah keadaan yang patut disyukuri oleh segenap fan serta elemen klub karena kelak akan mendatangkan beragam prestasi bergengsi ke dalam rak piala di Stadion Olimpico.
Editor | : | Indra Citra Sena |
Sumber | : | Tabloid BOLA (Indra Citra Sena) |
Komentar