16.
Chelsea yang berstatus sebagai juara bertahan, musim ini terdampar di posisi ke-12 klasemen. Sejumlah pengamat sepak bola Inggris menyebut bahwa Mourinho mulai kehilangan kendali di kamar ganti Chelsea. Hanya, bukan Mourinho namanya jika tak punya jawaban atas tuduhan yang diarahkan kepadanya.
“Beberapa pandit sungguh berani. Untuk mengkritik seseorang dengan sejarah seperti saya, Anda mesti berani, sebab ada risiko orang seperti saya akan berkata: ‘Diam. Anda tak memenangi apa-apa semasa hidup.’ Namun saya tak melakukannya. Saya hanya terus bekerja dan berharap hasil bagus akan datang,” ujar Mourinho kepada Mirror.
Krisis hasil yang melanda Chelsea di pekan-pekan awal Premier League 2015/16 bak langsung menghapus prestasi Mourinho dalam rentang 13 tahun terakhir. Pada periode itu ia delapan kali menjadi juara liga di Portugal (2002/03, 2003/04), Inggris (2004/05, 2005/06), Italia (2008/09, 2009/10), Spanyol (2011/12), dan Inggris lagi (2014/15).
Start jelek tak sedikit pun menggerus keyakinan Mourinho. Ia menyebut Chelsea masih berpeluang menjadi juara di empat kompetisi yang mereka ikuti.
“Kami bisa memenangi empat trofi atau kehilangan semuanya. Semuanya terbuka. Kita masih berada di Oktober,” kata pelatih beralias The Special One itu.
Kutipan di atas mendeskripsikan kelihaian Mou dalam beretorika. Kemampuan itu didukung dengan penguasaannya akan berbagai bahasa.
“Saya menguasai bahasa Inggris, Spanyol, Italia, dan Prancis. Tentu bahasa yang lebih fasih saya ucapkan adalah bahasa di mana saya lebih sering terlibat. Saat di Inggris, tentu saja bahasa Inggris dan saat ini bahasa Italia. Saya punya naluri bagus mengenai bahasa-bahasa asing tadi,” kata Mourinho dalam sebuah wawancara dengan New York Times pada 2009.
Tak heran jika FA (Federasi Sepak Bola Inggris) menolak mentah-mentah atas klaim Mourinho soal kurangnya kemampuan dirinya berbahasa Inggris. Mourinho baru-baru ini mengajukan banding terhadap sanksi sebesar 50 ribu pound plus ancaman larangan berada di stadion selama satu laga yang ditujukan FA terhadapnya.
Sanksi keluar akibat Mourinho menuduh wasit Robert Madley takut untuk memberikan penalti kepada Chelsea saat klub London itu takluk 1-3 dari Southampton 1-3 (3/10). Mourinho lantas menyalahkan lemahnya penguasaan bahasa Inggris sebagai penyebab kemunculan kata-kata yang tak etis.
Hanya, FA tak termakan dengan retorika ala Mourinho.
“Bahasa Inggrisnya terlalu canggih untuk memengaruhi kami agar mengubah keputusan,” demikian bunyi pernyataan komisi regulasi FA.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar