Suporter sering menjadi pemain ke-12. Tak heran, sebagian besar klub tampak inferior ketika harus melawan ke markas lawan.
Tim tamu cenderung merasa terintimidasi ketika suporter lawan melantunkan yel-yel dan memamerkan mozaik. Terlebih bila partai tersebut menyajikan rivalitas tertentu.
Menyambut Halloween, JUARA.net memilih lima stadion paling angker dalam dunia sepak bola. Berikut selengkapnya:
Celtic Park
Celtic Park mengintimidasi tim tamu melalui chant yang dilantunkan suporter sepanjang pertandingan. Wasit asal Skotlandia, Hugh Dallas, menyebut Celtic Park sebagai stadion paling bising di dunia.
Berkat dukungan dari publik Celtic Park, Glasgow menaklukkan beberapa tim raksasa. Salah satu korban adalah Barcelona pada fase grup Liga Champions 2011-12.
"Saya merasakan atmosfer paling mengesankan ketika kami berkunjung ke kandang Celtic. Kesan saat melawan Real Madrid ke Santiago Bernabeu juga istimewa. Namun, atmosfer saat melawan Celtic adalah yang terbaik," kata Xavi Hernandez.
Signal Iduna Park
Tribun selatan yang terletak di belakang gawang merupakan area yang mengintimidasi tim tamu. Lebih dari 20.000 suporter menciptakan mozaik berbentuk manusia yang tengah meneropong. Mozaik ini dikenal dengan sebutan Yellow Wall.
Dari tribun selatan pula, lagu dukungan untuk Borussia Dortmund terdengar paling nyaring. Sutradara yang menciptakan film dokumenter tentang sejarah Dortmund mengatakan, "Jika Yellow Wall bukan yang paling riuh, di mana lagi?"
Berkat dukungan publik Signal Iduna Park, Dortmund juga pernah menaklukkan Real Madrid dengan skor 4-1 pada semifinal Liga Champions 2012-13. Mantan kapten Manchester United yang kini bekerja sebagai komentator Sky Sports, Gary Neville, mengaku takjub dengan atmosfer stadion ketika itu.
"Dari ratusan pertandingan yang saya saksikan dalam beberapa tahun terakhir, tak ada yang mengalahkan atmosfer suporter Dortmund ketika mereka mengalahkan Real Madrid," tuturnya.
Maracana
Stadion Maracana terasa horor bukan karena intimidasi, melainkan rasa frustrasi suporter tim kandang. Suasana tersebut terjadi saat Brasil melawan Uruguay pada partai pamungkas Piala Dunia 1950.
Lantaran dinaungi optimisme menjadi juara, 205 ribu pendukung Brasil memenuhi stadion. Nahas, Brasil takluk 1-2 sehingga gagal meraih trofi Piala Dunia untuk kali pertama. Setelah wasit George Reader meniupkan peluit panjang, stadion mendadak menjadi sepi seperti kuburan.
"Kesunyian yang mengerikan," kata Julius Rimet, presiden FIFA ketika itu.
Setelah kekalahan tersebut, beberapa pendukung Brasil dilaporkan bunuh diri. Tak heran, kekalahan ini dianggap sebagai bencana nasional dan melahirkan sebutan Maracanazo.
Turk Telkom Arena
Warna merah yang mendominasi Turk Telkom Arena saat Galatasaray bertanding. Merah bukan berasal dari atribut, melainkan flare yang dinyalakan suporter tuan rumah.
Merah juga melahirkan slogan "Welcom to The Hell!" Terkait nuansa merah ini, mantan pelatih Galatasaray, Eric Gerets, sempat mengatakan,"Saat mereka ingin mengunjung markas Galatasaray, tolong beri tahu kalau mereka datang ke neraka."
Tak cuma itu, intimidasi juga tersaji lewat suasana riuh di stadion. Pada partai derbi melawan Galatasaray pada 2011, Turk Telkom Arena sempat memecahkan rekor dunia dengan catatan kebisingan mencapai 131 desibel.
El Monumental
Stadion El Monumental terasa sangat angker ketika River Plate menjamu Boca Juniors. Suporter Boca harus melakukan konvoi bersama dari distrik La Boca menuju stadion untuk menghindari bentrokan dengan pendukung River Plate.
Maklum, derbi bertajuk Superclasico identik dengan aksi anarkis. Tragedi paling parah yakni pada 23 Juni 1968, ketika 71 pendukung Boca tewas dan 150 lainnya mengalami luka-luka.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar