Pesepak bola sudah menjadi idola. Tak heran bila mereka selalu dielu-elukan penggemar. Bagaimana bila pemain seperti Cristian Gonzales datang ke kampung-kampung untuk bermain tarikan kampung (tarkam)? Sudah pasti heboh.
Saat Gonzales tampil di sebuah turnamen di Trucuk, Klaten, penonton sampai meluber ke pinggir lapangan. Turnamen itu sendiri digelar oleh salah satu calon bupati di wilayah tersebut.
Keikutsertaan pemain-pemain seperti Gonzales di tarkam tak lantas berarti mendukung sang calon wakil rakyat yang menggelar turnamen tersebut.
“Saya diajak panitia untuk menghibur penonton di daerah, bukan berarti saya mendukung salah satu calon,” ujar Gonzales.
Apa yang diutarakan Gonzales juga diamini oleh kiper tim nasional Indonesia di era 80-an, Benny van Breukelen.
“Pemain tentu tidak tahu bila tarkam digunakan untuk ajang mendatangkan massa oleh salah satu calon di pilkada. Mereka hanya tahu berapa bayarannya. Karena itu, mereka tak berpikir mendukung salah satu calon. Hanya, mereka pada akhirnya bersentuhan dengan politik,” ujar Van Breukelen, yang terakhir menjabat sebagai pelatih kiper di timnas U-23 SEA Games 2015.
Benny juga tak menyalahkan pemain mengikuti tarkam yang digelar oleh calon bupati atau wali kota.
Hal sama disampaikan mantan Manajer PSS Sleman, Henricus Mulyono. Menurutnya, intensitas bermain tarkam meningkat karena banyak kampung yang menggelar turnamen.
Apalagi, mereka tahu saat ini banyak pemain menganggur setelah tidak adanya kompetisi resmi berjenjang di Tanah Air.
“Tak masalah pemain bermain di tarkam yang diselenggarakan calon bupati atau pendukungnya. Mereka juga tak bisa disalahkan. Ibaratnya, mereka seperti penyanyi yang diundang untuk memeriahkan pesta demokrasi,” jawab Henricus, yang juga Ketua Pengcab PSSI Sleman.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 29 Oktober 2015 |
Komentar