Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kiat Mahaka Lolos dari Ujian Sepak Bola Nasional

By Weshley Hutagalung - Kamis, 22 Oktober 2015 | 13:09 WIB
Jumadi Effendi, wasit yang memimpin partai final Piala Presiden 2015.
Jumadi Effendi, wasit yang memimpin partai final Piala Presiden 2015.

Menggelar pertandingan dalam turnamen atau kompetisi sepak bola di Indonesia bukan pekerjaan gampang. Apalagi bagi event organizer seperti Mahaka Sports yang belum terlalu akrab dengan seluk-belum “permainan” di sepak bola nasional.

Sejumlah kiat ia paparkan dalam usahanya menggelar pertandingan yang melibatkan klub-klub besar, dengan tengsi tinggi dan penonton atau pendukung yang fanatis. 
“Fokus kami pada awalnya hanya menjaga agar  tidak ada keributan antar pemain yang ditimbulkan karena kepemimpinan wasit. Kami mencegah adanya wasit yang dipukul. Kami benar-benar jaga semua itu. Akhirnya setelah kami mampu menjaganya dengan baik, maka pertandingan bisa berjalan mulus dan jalan terus. Kami lihat di babak penyisihan,delapan besar, hingga semifinal sukses,”kata Hasani tentang kiat menjaga atmosfer turnamen Piala Presiden 2015 tetap positif. 
Namun selama turnamen ini juga ada kendala dan rintangan yang harus dihadapi Mahaka. Misalnya di babak delapan besar. “Kendala utama cuma mundurnya Persebaya di babak delapan besar. Hal ini muncul karena adanya ketidakpercayaan mereka soal wasit yang memimpin pertandingan. Menurut saya kalau kita bisa menjaga wasit dengan integritas yang tinggi, maka saya yakin turnamen ini bisa sukses,” kata Hasani. 
Namun menjaga integritas wasit untuk memimpin dengan baik dan fairplay bukan pekerjaan ringan. Beruntung Hasani mempunyai kiat jitu untuk hal ini. “Persoalannya kini terletak pada siapa yang menunjuk wasit, karena mereka bisa mempengaruhi wasit. Jadi kami secara hati-hati menunjuk wasit agar bisa memimpin dengan baik,”tutur Hasani. 

Namun, Mahaka Sports melalui CEO Hasani Abdulgani, dianggap mampu lolos dari ujian tersebut setelah selesai menggelar final Piala Presiden pada Minggu (18/10).

Sejumlah kiat Hasani paparkan dalam usaha menggelar pertandingan yang melibatkan klub-klub besar, dengan tengsi tinggi dan penonton atau pendukung yang fanatis. 

“Fokus kami pada awalnya hanya menjaga agar tidak ada keributan antarpemain yang ditimbulkan karena kepemimpinan wasit. Kami mencegah ada wasit yang dipukul. Setelah kami mampu menjaga dengan baik, maka pertandingan bisa berjalan mulus dan jalan terus. Kami lihat di babak penyisihan, delapan besar, hingga semifinal sukses,” kata Hasani tentang kiat menjaga atmosfer turnamen Piala Presiden 2015 tetap positif. 

Selama turnamen, pihak Mahaka mengkau ada kendala dan rintangan yang harus dihadapi, seperti di babak delapan besar.

“Kendala utama tentu keputusan Persebaya untuk mundur di babak delapan besar. Hal tersebut muncul karena ada ketidakpercayaan mereka kepada wasit yang memimpin pertandingan. Kalau kami bisa menjaga wasit dengan integritas yang tinggi, saya yakin turnamen ini bisa sukses,” kata Hasani. 

Namun, menjaga integritas wasit untuk memimpin pertandingan dengan baik dan fairplay bukan pekerjaan ringan. Hasani  mengaku mempunyai kiat jitu untuk hal itu.

“Persoalannya kini terletak pada siapa yang menunjuk wasit, karena mereka bisa memengaruhi wasit. Jadi, kami secara hati-hati menunjuk wasit agar bisa memimpin dengan baik,” tutur Hasani. 


Editor : Ary Julianto
Sumber : BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X