Pada 10 Agustus 2014, Juergen Klopp sempat berjalan di lorong Stadion Anfield. Dia melihat sebuah poster terkenal bertuliskan "This Is Anfield" dan membaca kalimat yang tertera sebelum menuruni anak tangga.
Empat belas bulan berselang, akun Twitter resmi Liverpool merilis video tersebut. Turut serta tagar #KloppLFC. Klopp memang kembali sebagai kawan, bukan lagi lawan. Takdir, begitu Liverpool menyebutnya.
Destiny? How Jürgen Klopp took in Anfield when he visited with Borussia Dortmund last year… #KloppLFC https://t.co/wKRXv4yEC3
— Liverpool FC (@LFC) October 8, 2015
Sekalipun menuai sejumlah pujian, keputusan Liverpool menunjuk Klopp masih menimbulkan pertanyaan. Liverpool adalah klub non-Jerman pertama sepanjang karier Klopp baik sebagai pemain maupun pelatih. Ada keraguan apakah Klopp mampu beradaptasi dengan tuntutan dan kultur sepak bola Inggris.
Begitu pula dengan taktik. Liverpool kerap berganti gaya pada masa Brendan Rodgers. Pada awal kedatangan Rodgers, Liverpool lebih mengutamakan penguasaan bola. Belakangan, The Reds justru lebih pragmatis. Lantas, gaya apa yang bakal diusung Klopp?
Gegenpressing
Klopp adalah antitesis dari Josep Guardiola. Bagi Klopp, gaya mendominasi permainan lewat penguasaan bola kurang memacu adrenalin. Dia lebih menuntut anak-anak asuhnya memeragakan gaya eksplosif di lapangan.
"Pertarungan, bukan ketenteraman dalam sepak bola," kata pria berusia 48 tahun ini. [Baca: 10 Fakta Menarik Juergen Klopp]
Dia juga menerjemahkan persepsi tersebut dalam sistem permainan yang disebut gegenpressing. Saat kehilangan bola, para pemain diminta mengerumuni lawan untuk merebutnya kembali. Setelah kembali mendapatkan bola, mereka selalu mencari kesempatan melancarkan serangan balik.
Pendekatan Klopp menuntut permainan dengan tempo tinggi sepanjang 90 menit. Seolah sedang melakukan olahraga rugbi, pemain tak boleh berhenti berlari.
Salah satu contohnya adalah laga antara Olympique Marseille dan Borussia Dortmund pada musim 2011-12. Menurut catatan UEFA, rata-rata jarak yang ditempuh pemain non-kiper dari Dortmund mencapai 12,3 kilometer.
Sistem gegenpressing juga telah terbukti melumpuhkan tim-tim besar. Berkat gaya tersebut, Dortmund mampu menyingkirkan Real Madrid pada babak semifinal 2012-13 dan melaju ke partai puncak di Stadion Wembley.
Siapa yang klop?
Bukan perkara mudah bagi Klopp untuk menerapkan pendekatannya dengan Liverpool. Sebab, bersama Dortmund, Klopp mendapat jadwal yang lebih bersahabat.
Sebagai perbandingan, Premier League diikuti 20 klub, sedangkan Bundesliga cuma 18. Dengan kata lain, para pemain Liverpool akan menjalani empat pertandingan lebih banyak di liga.
Lebih berat lagi karena ada Liga Europa dan dua turnamen "sampingan" di Inggris, yakni Piala Liga dan Piala FA. Semakin jauh Liverpool melangkah, para pemain bakal semakin terkuras.
Setidaknya hingga Januari 2016, Klopp tak bisa menambah amunisi untuk menunjang gayanya. Dia harus memaksimalkan komposisi tim warisan Brendan Rodgers. [Baca: 5 Calon Rekrutan Klopp di Liverpool]
Bila menilik daya jelajah, sosok terdepan adalah James Milner. Dia berlari sejauh 13,56 kilometer saat Liverpool menang 1-0 atas Stoke City, 9 Agustus 2015. Belum ada pemain yang menyamai catatan Milner pada Premier League 2015-16.
Selain Milner, ada Adam Lallana, Joe Allen, Jordan Henderson dan Lucas Leiva sebagai opsi pelari di lini tengah. Berdasarkan rekaman musim 2014-2015, empat nama terakhir menempuh jarak lebih dari 10 kilometer per 90 menit.
Di lini depan, Klopp juga tak memerlukan perombakan. Christian Benteke serupa dengan Robert Lewandowski, yang menjadi andalan Klopp di Dortmund. Kesamaan itu sempat diakui oleh Brendan Rodgers.
"Dengan kemampuan fisik dan mobilitas Benteke, kami bisa mengendalikan permainan lebih lama. Sama halnya dengan Lewandowski, yang merupakan target man, tetapi mempunyai pergerakan bagus," kata Rodgers.
Beberapa pemain yang mau berlari sesuai dengan pendekatan Klopp sudah tersedia. Tinggal bagaimana Klopp mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.
Klopp tak cuma menuntut, tetapi juga dituntut berlari mengejar selisih tiga poin dengan zona empat besar. Tidak mudah karena Liverpool harus bersua Manchester City dan Chelsea dalam lima pertandingan pertama Klopp di Premier League.
Andai para pemain mampu beradaptasi dengan cepat dan berlari memenuhi kebutuhan gegenpressing, kemenangan atas Manchester City dan Chelsea bukanlah misi mustahil. Manuel Pellegrini dan Jose Mourinho juga pernah bertekuk lutut ketika menghadapi sistem gegenpressing ala Klopp. [Baca: Klopp Vs Mourinho, Wenger, Van Gaal dan Pellegrini]
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar