Pada 27 September hingga 4 Oktober, Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan internasional bernama Piala Telemoyo II. Selain tak ada yang berhasil mencapai puncak peringkat, pilot Indonesia ditantang untuk tampil di luar kandang.
Kejuaraan internasioinal yang berlangsung di Ambarawa,Jawa Tengah, ini memang tidak bisa tuntas digelar akibat embusan angin yang dianggap bisa membahayakan para pilot gantole.
Namun, penampilan pilot Indonesia dianggap menjanjikan prestasi asal mau mengikuti rangkaian kejuaraan tingkat dunia.
Lebih dari 100 negara anggota FAI menggelar Kejuaraan Terbuka olah raga ini yang bebas diikuti pilot negara manapun. Sehingga, hampir tiap minggu ada kejuaraan yang diakui FAI yang dapat mendongkrak peringkat dunia tiap pilot.
Dengan industri sebuah cabang olah raga udara yang sudah tertata rapi, tak heran jika banyak pilot dunia berani menjadi penerbang gantole profesional yang menggantungkan hidupnya dari mengikut rangkaian kejuaraan di seluruh dunia.
Tanpa dukungan perusahaan BUMN untuk mengatasi kendala biaya tinggi untuk transportasi dan penginapan keliling Eropa, Amerika Serikat, serta kawasan Amerika Latin membuat para penerbang andal Indonesia disebut jago kandang.
“Sangat disayangkan jika pilot Indonesia tidak mengikuti kejuaraan tingkat dunia. Banyak yang berbakat dengan teknik lepas landas sempurna. Seorang pilot akan semakin matang dengan terbang sebanyak mungkin, sehingga biasa menghadapi medan apapun dan lawan manapun,” ujar Tove Heaney, Direktur Lomba.
Tidak hanya bagi pengembangan prestasi para pilot Indonesia, digelarnya kejuaraan Gantole internasional sangat penting guna menunjang Wisata Olah Raga Dirgantara (Aerosport Tourism) di Tanah Air.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | PGPI |
Komentar