Sekitar 50.000 penggemar Persib membanjiri Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu (18/10). Mereka menjadi saksi kala Atep dkk. menang 2-0 atas Sriwijaya FC di final Piala Presiden.
Kehadiran bobotoh semakin terasa spesial karena bak merajut kembali memori lama sekitar 14 tahun silam. Menurut hasil penelusuran Harian BOLA, terakhir kali bobotoh bisa mendukung lang sung Persib di SUGBK adalah kala Maung Bandung bertandang ke Jakarta di putaran kedua Liga Indonesia VI (2001).
Kala itu, hubungan The Jak (kelompok suporter Persija) dengan bobotoh sebenarnya sudah agak merenggang. Pasalnya, benih-benih perselisihan di antara kedua kubu sudah tumbuh kala The Jak gagal masuk ke Stadion Siliwangi di putaran pertama (11 Februari 2011).
Insiden tersebut memancing The Jak untuk menolak bobotoh kala hendak bertandang ke ibu kota di putaran kedua (24 Juni 2001). Apalagi pada laga tersebut, Persija dan The Jak juga tengah menyiapkan seremoni khusus guna menyambut HUT ke-474 Kota Jakarta.
Alhasil, sekitar 500 bobotoh yang datang ke SUGBK sempat ricuh dengan The Jak. Insiden ini pula yang memaksa pihak keamanan menembakkan gas air mata guna meredam kericuhan.
Laga itu berakhir dengan kemenangan 3-0 untuk Persija lewat gol-gol yang dicetak Budi Sudarsono (52’), Budiman (54’), dan Ebanda Timothy (77’).
“Ya, saya ingat. Kami (perwakilan Viking) sempat bersilaturahmi ke Redaksi BOLA beberapa hari sebelum laga (vs Persija). Kala itu, hubungan The Jak dan bobotoh sudah agak renggang tapi belum seperti sekarang. Jadi, kami masih bisa menonton di Senayan,” ujar pentolan Viking, Heru Joko.
Kebencian di antara The Jak dan bobotoh semakin meruncing kala kedua kelompok terlibat kericuhan di acara Kuis Siapa Berani pada Maret 2002.
Sejak insiden itu, bobotoh selalu absen menemani Persib kala tampil di Jakarta. Begitu pula sebaliknya. Tak heran ketika muncul garansi penuh dari pihak keamanan, puluhan ribu bobotoh bisa kembali menemani Maung Bandung naik ke tangga juara Piala Presiden, akhir pekan lalu. (mrb)
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA, 20 Oktober 2015 |
Komentar