Empat dari tujuh edisi Super Coppa Italia terakhir diadakan di Tiongkok. Beijing National Stadium menjadi tuan rumah pada 2009, 2011, dan 2012 sementara Shanghai menggelar laga edisi 2015. Akan tetapi, telatnya pembayaran dari penyelenggara Super Coppa terakhir bisa berujung ke Lega Serie A memindah partai pembuka musim Italia tersebut.
Lega Serie A, sebagai badan pengatur kompetisi profesional elite Italia, masih menunggu pembayaran sekitar 3,3 juta euro dari United Vansen Sport, EO hajatan antara Juventus dan Lazio pada Agustus lalu itu.
Calcio e Finanza (CeF) mengutarakan bahwa kejadian ini "mempunyai dampak buruk ke citra sepak bola Italia yang disebabkan oleh organisasi amatiran."
Sebenarnya jumlah yang akan diterima Lega tidak besar. Mereka hanya akan menerima 300 ribu euro sementara Juventus dan Lazio akan menerima sama rata masing-masing 1,5 juta euro.
Hanya, Presiden Lega Serie A, Maurizio Beretta, harus duduk dengan kedua presiden, Andrea Agnelli (Juventus) dan Claudio Lotito (Lazio), apabila pihak Tiongkok tak bisa membayar utang tersebut. CeF meyakini Lega Serie A tidak punya sumber daya untuk membayar kedua klub tersebut.
Kejadian ini tampak membuat para petinggi liga kapok dengan penyelenggara di Tiongkok walau tidak cukup untuk mengembalikan laga-laga Super Coppa ke Negeri Pizza. Tuttomercato mengatakan bahwa Lega mencari alternatif lebih profesional di masa depan.
Calon tuan rumah yang mereka bidik adalah Australia, Kanada, dan Qatar.
Negara terakhir diyakini ingin kembali menggelar Super Coppa setelah sebelumnya menyelenggarakan hajatan 2014 antara Juventus dan Napoli. Ketika itu, masing-masing tim mendapat bayaran sebesar 2 juta euro dari Federasi Sepak Bola Qatar.
Jumlah itu setara dengan penghasilan klub Serie A lain, AS Roma, yang mengantongi sekitar 1,85 juta euro per laga dari masing-masing partai mereka di Australia dan di Indonesia musim panas ini.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tuttomercato, Calcio e Finanza |
Komentar